Penyambutan 356 Mahasiswa Baru 2023 Fakultas Ilmu Budaya UNEJ
Rektor Universitas Jember, Prof. Ir. Iwan Taruna, M.Eng. IPM (14/8) secara resmi melantik 8.027 mahasiswa baru tahun 2023/2024 di lapangan stadiun Universitas Jember. Dari 8.027 mahasiswa baru Universitas Jember tersebut sebanyak 356 mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya.
Dekan, Prof. Dr. Sukarno, M.Litt di hari yang sama di halaman Pendapa Krida Budaya menyambut 356 mahasiswa baru Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember. Dari 356 mahasiswa baru tersebut 91 mahasiswa dari jurusan Sastra Inggris, 94 Sastra Indonesia, 83 Ilmu Sejarah, dan 93 Program Studi Televisi dan Film. Sementara dari Program Studi Pasca Sarjana (Linguistik) sebanyak 6 mahasiswa.
Dalam sambutannya, Sukarno menekankan pentingnya mahasiswa memiliki kemampuan bekerja sama dalam hal yang baik, soft skill, dan kemampuan attitude. Kemampuan attitude ini akan menjadi penting untuk bekerja dimana saja. Sebagai tambahan, di Fakultas Ilmu Budaya Univesitas Jember ada beberapa ekstra seperti UKM, HMJ dan organisasi untuk bisa diikuti sesuai keinginan. Ada berbagai skema kompetisi yang akan disiapkan sebagai sarana untuk menambah keberanian mahasiswa.
Jangan sampai kita kalah sebelum berkompetisi, atau berperang. Alumni kita di luar sana sudah banyak yang berhasil menduduki berbagai tempat kerja dan menjadi orang penting. Kuliah di Fakultas Ilmu Budaya memiliki kesempatan yang sama besarnya dengan fakultas lain. Contoh saja seperti Mas Anton, Beliau lulusan Sejarah dan sekarang menduduki senior direktur di Pixel Asia di Jakarta. Ada Agus Suga, wirausaha muda yang berhasil membuka peluang usaha 99 Jajag. Ada Junaidi Mustika saat ini sebagai Complex Assistant Director of Sale di Sheraton Hotel. Ada Elvin Hendrata seorang bangkir di Bank Mandiri yang juga penulis buku, budayawan yang tetap aktif berkesian. Ada yang menjadi diplomat, dan lain sebagainya.
“Oleh karena itu PKKMB menjadi hal yang sangat penting bagi mahasiswa baru untuk beradaptasi dalam kehidupan kampus. Termasuk bagaimana sistem belajar di kampus yang tentu tidak sama dengan belajar di SMA atau SMK,” tutup Sukarno. (/bob)
English
