[:en]THE ANALYSIS OF DICTION AND LANGUAGE STYLE OF MANTRA IN SITUBONDO REGENCY[:id]ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA MANTRA DI KABUPATEN SITUBONDO[:]

[:en]Putri Yashinta Istiara

 

ABSTRAC

Mantra (spell) is a language which is classified as a ritual language since mantra texts are used for specific purposes. Mantra includes grace spells, thieve spells, rain repellent spells, and kanuragan (supranatural power) spells. Those spells are analyzed based on the diction and language style using referential integrity and descriptive qualitative methods. The uniqueness of mantra lies in Javanese language used in spells applied in Situbondo communities speaking Madurese language. In the context of diction, there are uniquenesses in the use of the first person pronoun sun. The word sun is one of the peculiarities of diction contained in the grace spells and the word of atèna is another pecularity which refers to imperative. The uniqueness of thieve spells is the use of the words sirep and lerep. Rain repellent spells also have uniqueness; that is, the imperative sentence addressed to rain such as ngaliho nang wetan. In kanuragan spells, there is uniqueness in the form of words watu, wesi, waja, geni, as a representation of the spell reader’s power. The language styles as the characteristic of grace spells are ellipsis, repetition, and eponym. Metaphor characterizes thieve spells while the characteristic of rain repellent spells and kanuragan spells is repetition. Based on the use, mantra is used for the purposes of matchmaking, revenge, compassion, sirep, conquering the beast and safety.

Keywords: mantra, grace, shaman , ritual[:id]Putri Yashinta Istiara

 

 

ABSTRAK

 

Bahasa mantra merupakan bahasa yang tergolong sebagai bahasa ritual karena teks mantra digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu. Mantra tersebut meliputi mantra pengasihan, mantra maling, mantra pengusir hujan, dan mantra kanuragan yang dianalisis berdasarkan diksi dan gaya bahasa dengan menggunakan metode padan referensial dan deskriptif kualitatif. Keunikan mantra terletak pada penggunaan bahasa Jawa pada mantra di masyarakat Situbondo yang berbahasa Madura. Pada konteks diksi terdapat keunikan penggunaan kata ganti orang pertama sun. Kata sun adalah salah satu kekhasan diksi yang terdapat pada mantra pengasihan dan  kata atèna yang merujuk pada kalimat perintah. Keunikan mantra maling, yaitu adanya penggunaan kata sirep dan lerep. Pada mantra pengusir hujan juga terdapat keunikan, yaitu adanya kalimat perintah yang ditujukan kepada hujan seperti ngaliho nang wetan. Pada mantra kanuragan terdapat keunikan berupa penggunaan kata-kata watu, wesi, waja, geni, sebagai representasi kekuatan si pembaca mantra.  Gaya bahasa yang menjadi ciri khas mantra pengasihan adalah gaya bahasa elipsis, repetisi, dan eponim. Gaya bahasa metafora menjadi ciri khas pada mantra maling, sedangkan ciri khas pada mantra pengusir hujan  dan mantra kanuragan adalah gaya bahasa repetisi. Berdasarkan tujuan penggunaan maka mantra digunakan untuk tujuan perjodohan, balas dendam, belas kasihan, sirep, menaklukkan binatang buas dan untuk keselamatan.

 

Kata Kunci: mantra, pengasihan, dukun, ritual

 [:]

Related Posts