[:en]Oktavian Eka Dalian
ABSTRACT
This research aims to describe the development of Wringin Anom Sugar Factory and its influence toward people in Wringin Village of Panarukan District. In conducting this research the writer applies historical method by using both written and oral sources related to discussion. The results show that the performance of Wringin Anom Sugar Factory once declined in 1999 due to the effect influence of Presidential Instruction No. 5 of 1998, which gives farmers freedom to choose commodity to plant, so that farmers are reluctant to plant sugar cane. Accordingly, this caused the supply of raw material for Wringin Anom Sugar Factory reduced. Farmers were reluctant to grow sugar cane because they felt aggrieved and they chose plants which were considered more profitable. Then the problem was overcome by a new partnership program which was more profitable for farmers, so farmers planted sugar cane again. One of the most important things in building a region is the level of its people education. Abundant human resources potential in the form of a large quantity population must be balanced with the quality of adequate level of education. Wringin Anom Sugar Factory gave significant economy effects to surrounding people, for instance job vacancies in factory, and it has impact on people’s mindset such as discipline, being efficient and having job description representing one’s capabilities.
Keywords: Sugar Factory, Social impact, Economic and Environmental Impact[:id]Oktavian Eka Daliarna
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan Pabrik Gula Wringin Anom dan pengaruhnya terhadap masyarakat di Desa Wringin Kecamatan Panarukan. Di dalam pelaksanaan penelitian menggunakan metode sejarah dengan memanfaatkan sumber-sumber tertulis maupun lisan yang berkaitan dengan pokok pembahasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan Pabrik Gula Wringin Anom sempat mengalami penurunan pada tahun 1999 karena adanya pengaruh Inpres NO 5 Tahun 1998 yang memberikan kebebasan pada petani untuk memilih komoditas sehingga petani enggan menanam tebu. Hal ini menyebabkan berkurangnya pasokan bahan baku Pabrik Gula wringin Anom. Petani enggan menanam tebu karena merasa dirugikan dan memilih tanaman yang dianggap lebih menguntungkan. Hal tersebut kemudian di atasi dengan program kemitraan baru yang lebih menguntungkan bagi petani, sehingga para petani kembali menanam tebu. Salah satu hal yang paling penting dalam membangun suatu daerah adalah tingkat pendidikan masyarakatnya. Potensi sumber daya manusia yang melimpah berupa jumlah penduduk yang besar secara kuantitas harus diimbangi dengan kualitas berupa tingkat pendidikan yang memadai. Pabrik Gula Wringin Anom membawa pengaruh ekonomi yang signnifikan bagi masyarakat sekitar, seperti tersedianya lapangan pekerjaan dengan bekerja di lingkungan pabrik, selain itu juga berdampak terhadap pola pikir masyarakat sekitar, berupa budaya bekerja yang disiplin, efisien dan memiliki pola pembagian kerja yang sesuai dengan kemampuan masing-masing orang.
Kata Kunci: Pabrik Gula, Dampak Sosial, Dampak Ekonomi dan Dampak Lingkungan[:]