Pergeseran Kata Sapaan pada Masyarakat Jawa di Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwang

Pergeseran Kata Sapaan pada Masyarakat Jawa di Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi; Siti Mutmainah, 120110201021; 2012; 118 halaman; Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember.

Kata  sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa, menegur atau menyebut orang kedua, atau orang yang diajaknya bicara ( Chaer 2006:107). Kata sapaan merupakan ciri khas kebudayaan suatu masyarakat bahasa, terutama bagi masyarakat yang tinggi kepeduliannya terhadap sosial antar manusia. Kata sapaan yang layak pada masyarakat belum tentu bisa dipakai pada masyarakat lainnya.

Tujuan penelitian ini mendeskripsikan: 1) pergeseran kata sapaan antara usia dewasa dan anak-anak pada keluarga inti, keluarga luas, dan kata sapaan di masyarakat luas pada masyarakat Jawa di Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi. 2) Menjelaskan faktor yang melatarbelakangi terjadinya pergeseran kata sapaan antara usia dewasa dan usia anak-anak pada keluarga inti, keluarga luas, dan kata sapaan dimasyarakat luas pada masyarakat Jawa di Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi.

Dalam penelitian ini digunakan tiga tahapan, yaitu: 1) pengumpulan  data, 2) analisis data, dan 3) penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak dan cakap. Metode simak  dengan menggunakan teknik observasi atau pengamatan. Metode cakap dengan menggunakan teknik dasar yaitu cakap atau wawancara,  kemudian menggunakan teknik lanjutan cakap semuka, catat, dan rekam.

Tahap yang kedua analisis data menggunakan tiga tahap, yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan kesimpulan/ verifikasi. Data yang sudah diperoleh dari tahap pengumpulan data, diklasifikasikan dan dianalisis berdasarkan teori kata sapaan dalam bahasa Jawa. Penarikan kesimpulan/verifikasi perlu untuk dilakukan agar yakin  dan benar-benar dipertanggungjawabkan. Tahap yang terakhir penyajian hasil analisis data. Metode hasil analisis data menggunakan metode penyajian informal dan formal, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan secara deskriptif pergeseran bentuk kata sapaan dalam bahasa Jawa.

Jenis kata sapaan yang mengalami pergeseran yaitu: (1) panggilan terhadap orang tua laki-laki, dulu bapak [bapa?] sekarang bergeser menjadi ayah dan papa; (2) panggilan terhadap orang tua perempuan, dulu mak [ma?], emak [әma?], dan ibu [ibu] sekarang bergeser menjadi mama, umi, dan bundha; (3) panggilan terhadap anak laki-laki, dulu menggunakan sapaan thole [thole] sekarang bergeser menjadi mas; (4) panggilan terhadap  kakak laki-laki dan kakak perempuan, dulu menggunakan sapaan mas [mas] dan mbak [mba?] sekarang bergeser menjadi kakak; (5) panggilan terhadap suami dan istri, dulu menggunakan sapaan mas [mas] dan dhik [dhI?], bapak [bapa?] dan [ibu] sekrang bergeser menjadi ayah dan bundha, papa dan mama, dan sayang; (6) panggilan terhadap kakek dan nenek, dulunya menggunakan sapaan mbah [mbah] sekarang bergerser menjadi kakek dan nenek; (7) panggilan terhadap kakak laki-laki dari orang tua, dulu menggunakan pakdhe [pa?dhe] sekarang bergeser menjadi papa; (8) sapaan terhadap kakak perempuan dari orang tua, dulu menggunakan sapaan budhe [budhe] sekarang bergeser menjadi mama; (9) panggilan sapaan terhadap adik laki-laki dan adik perempuan, dulunya menggunakan sapaan paklik [pa?lI?] dan bulik [bulI?] sekarang bergeser menjadi om dan [tante]; (10) panggilan sapaan antara penjual tua dengan pembeli muda, dulu menggunakan kata sapaan ndhuk [ndhU?], thole [thole] dan dhik [dhI?] sekarang bergeser menjadi mbak [mba?] dan mas [mas]; dan (11) panggilan sapaan antara pembeli tua dengan penjula muda, dulu menggunakan sapaan thole [thole], ndhuk [ndhU] dan dhik [dhI?] sekarang menjadi lik [lI?], mas [mas], dan mbak [mba?].

Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya pergeseraan kata sapaan yaitu: (1) faktor situasi masyrakat berupa pengaruh tayangan televisi; (2) faktor mobilitas social berupa pengaruh lingkuan pergaulan dan kunjungan kepada saudara di kota; (3) faktor pendidikan; (4) faktor stratifikasi sosial masyarakat; dan (5) faktor kesopanan masyarakat Jawa.

 

Related Posts

Leave a Reply