Saripa Haini Jumita Asmadi
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kekecewaan Kaum Tionghoa peranakan yang terhimpit oleh sistem apartheid yang dijalankan pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan apa yang menjadi latar balakang munculnya kesadaran identitas kaum Tionghoa peranakan, bagaimana kehidupan pers Tionghoa peranakan, dan gagasan kebangsaan yang muncul dalam surat kabar, serta dampaknya bagi gerakan nasionalisme kaum pribumi. Penelitian ini menggunakan metode sejarah untuk mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang dijadikan kajian. Sistem apartheid yang dijalankan pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Surabaya menyisakan kekecewaan bagi kaum Tionghoa peranakan di Surabaya. Bersamaan dengan itu gerakan Pan-Tionghoa yang menyebarkan ide-ide nasionalisme di Pulau Jawa mendapat sambutan hangat dari kaum Tionghoa peranakan. Ini menjadi titik awal bagi kesadaran kaum Tionghoa peranakan akan identitas mereka. Pembentukan Tiong Hoa Hwe Koan (THHK) pada 17 Maret 1900 di Batavia, kemudian diikuti dengan munculnya persuratkabaran Tionghoa peranakan yang berdiri sendiri, menjadi wahana politik kaum Tionghoa peranakan untuk menyuarakan identitas mereka. Pada akhirnya pers Tionghoa peranakan berubah menjadi corong aliran politik, sehingga masyarakat Tionghoa peranakan terpecah belah dalam tiga aliran politik. Dampak adanya ide-ide nasionalisme yang disebarkan pers Tionghoa peranakan membawa pengaruh bagi kesadaran politik kaum pribumi dalam menentukan tujuannya.
Kata kunci: Tionghoa peranakan, kesadaran identitas, pers Tionghoa peranakan, Hindia Belanda