KEBIJAKAN KEBUDAYAAN DAN ETNOGRAFI KESENIAN

Novie ANovi Anoegrajekti, A. Latief Wiyata, dan Sudartomo Macaryus
Fakultas Sastra Universitas Jember, FISIP Universitas Jember,
FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
novi.anoegrajekti@gmail.com, latiefwiyata@yahoo.com, msudartomo@ymail.com

 

Abstrak
Seni Pertunjukan Jinggoan, Gandrung, dan Kuntulan di Banyuwangi ditempatkan sebagai event cultural. Fenomena yang ada diartikan sebagai kesatuan peristiwa-pelaku-penafsiran, melihat dan menafsirkan kehidupan sekitarnya. Tanda-tanda budaya yang ditafsirkan secara semiotis dalam arti bahwa tanda adalah bentuk representasi grafis, maknanya selalu terarah pada proses deferral, tidak mungkin dimapankan, apalagi ditunggalkan.
Tulisan ini membahas (1) bagaimana etnografi seni pertunjukan di tengah perubahan sosial budaya di Banyuwangi dan dinamikanya; dan (2) bagaimana Using memandang, menyikapi, dan menyiasati seni pertunjukan dan ritual Using (lakon Jinggoan, syair-syair Gandrung, dan Kuntulan sebagai ungkapan identitas diri dan bagaimana proses persentuhannya dengan kekuatan-kekuatan lain terutama modernisasi, agama, dan kebijakan negara, dan (3) bagaimanakah kebijakan kebudayaan yang dihasilkan dalam merevitalisasi dan mengembangkan kesenian tradisi di Banyuwangi.
Sebuah analisis etnografis, seperti yang dikatakan Spradley berawal dari keyakinan bahwa seorang informan telah memahami serangkaian kategori kebudayaannya, mempelajari relasi-relasinya, dan menyadari atau mengetahui hubungan dengan keseluruhannya.

Kata kunci:
Kebijakan kebudayaan, etnografi, kesenian tradisi, masyarakat Using

 

 

Related Posts

Leave a Reply