[:en]A Study of Power and Gender in Julia Gillard’s Misogyny Speech: A Critical Discourse Analysis[:id]Kajian Kuasa dan Gender pada Pidato Misoginis Julia Gillard: Analisa Wacana Kritis[:]

[:en]Fenti Tanjung Sari

 

Abstract

 

This study is focused on the use of language in the Misogyny Speech delivered by Julia Gillard, the first female Australian Prime Minister, on 22 October 2012. Data is obtained from The Sydney Moring Herald website as much as 264 clauses of Julia Gillard’s Misogyny Speech transcript. To reveal hidden meaning in the speech, this study uses theory of Critical Discourse Analysis adapted by Fairclough (1995), known as three-dimensional analysis. The method used to analyze the data is a mixed approach, includes qualitative data, statistical analysis, and non-experimental design. This method is applied to know types of process and dominant process in the speech through the analysis of transitivity proposed by Halliday (1994). It is also employed to disclose the power served by Gillard, dominant gender of Gillard, and possibility of gender inequality in Australia. As the result, this study shows that material process is the dominant process followed by relational, mental, verbal, behavioral, and existential process. Second, based on the result of transitivity analysis supported by theory of power by Fairclough, Gillard shows herself as powerless figure. Third, based on theory of gender by Cameron (1990), Gillard portrays herself as female gender. Last, the three-dimensional analysis shows that instead of presents herself as powerless figure, Gillard tries to convey the hidden meaning through the Misogyny Speech that is Australian women are still being under-represented. Therefore, gender inequality still exists in Australia, especially in political field.

 

 

Keywords: Critical Discourse Analysis, three-dimensional analysis, power, gender, gender inequality

 [:id]Fenti Tanjung Sari

 

Abstrak

 

Kajian ini berfokus pada penggunaan bahasa dalam pidato misoginis yang disampaikan oleh Julia Gillard, seorang perdana menteri wanita pertama di Australia, pada 22 Oktober 2012. Data diperoleh dari situs The Sydney Morning Herald berupa 264 klausa dari transkrip pidato misoginis Julia Gillard. Untuk mengungkap maksud tersembunyi dalam pidato tersebut, kajian ini menggunakan teori analisa wacana kritis yang diadaptasi dari Fairclough (1995), analisa tiga dimensi. Metode yang digunakan untuk menganalisa data adalah metode pendekatan campuran, meliputi data kualitatif, analisa statistik, dan non-experimental. Metode ini digunakan untuk mengetahui jenis proses dan proses dominan pada pidato melalui hasil analisa transitivitas yang diusulkan oleh Halliday (1994). Metode ini juga digunakan untuk mengungkap kuasa, gender dominan, dan kemungkinan masih terjadinya ketidaksetaraan gender di Australia. Sebagai hasilnya, kajian ini menunjukkan bahwa proses material merupakan proses dominan diikuti oleh proses relational, mental, verbal, behavioral, dan existential. Kedua, berdasarkan hasil transitivitas didukung teori kuasa dari Fairclough, Gillard menunjukkan dirinya sebagai figur yang lemah. Ketiga, berdasarkan teori gender dari Cameron (1990), Gillard menggambarkan dirinya sebagai gender perempuan. Terakhir, analisa tiga dimensi menunjukkan bahwa Gillard mencoba untuk menyampaikan maksud tersembunyi melalui pidato misoginis yaitu perempuan Australia masih di bawah representasi. Oleh karena itu, ketidaksetaraan gender masih terjadi di Australia, khususnya di bidang politik.

 

 

Kata Kunci: Analisa Wacana Kritis, analisa tiga dimensi, kuasa, gender, ketidaksetaraan gender

 [:]

Related Posts

http://103.147.222.22/ https://sisbpn.petrolab.co.id/ https://survey.petrolab.co.id/pulsa/ http://jdih-aceh-dev.kemenkumham.go.id/ http://dev-realisasi.stipjakarta.ac.id/ https://efinger.bkpp.gorontalokota.go.id/ https://lppm.nurulfikri.ac.id/ https://sierik.bkpp.gorontalokota.go.id/ http://kebunraya.balikpapan.go.id/ https://dev-sido.sebi.ac.id/ https://wginc.com/ https://jdih.majalengkakab.go.id/ slotpulsa