REPRESENTASI WACANA KECANTIKAN OLEH TEKS MEDIA DALAM NOVEL TONI MORRISON THE BLUEST EYE

Viyantini Rakita Sari

Abstrak

 

The Bluest Eye ditulis oleh Toni Morrison menceritakan tentang representasi wacana kecantikan yang dibangun oleh teks media di Amerika Serikat di tahun 1960. Wacana kecantikan yang diproduksi oleh teks media berhasil menciptakan karakteristik standar kecantikan seperti mata biru, rambut lurus dan juga kulit putih. Kemudian, sebagai akibat dari discourse ini, keberadaan wanita kulit hitam yang ada dalam novel termarginalisasikan dan tertindas karena mereka tidak memiliki karakteristik kecantikan. Oleh karena itu, hampir semua wanita kulit hitam dalam novel mencoba untuk meniru karakteristik dalam standar kecantikan agar mendapat kehidupan yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif dapat membantu menafsirkan dan menganalisis wacana kecantikan sebagai representasi penindasan wanita Afro-Amerika. Analisis ini menggunakan teori representasi oleh Stuart Hall. Teori ini digunakan sebagai sebuah payung sebelum mendiskusikan lebih jauh tentang encoding/decoding. Konsep “decoding” Hall akan digunakan untuk menjawab pertanyaan pertama. Kemudian data yang berhubungan dengan wacana kecantikan oleh teks media yang mengarah pada penindasan wanita kulit akan digolongkan kedalam tiga posisi decoder; dominant-hegemonic, negotiated dan oppositional. Dalam step ini, hegemoni Gramsci juga akan digunakan untuk mendukung analisa posisi dari karakter-karakter wanita kulit hitam. Kemudian, step selanjutnya mendeskripsikan tentang ideologi dibalik representasi wacana kecantikan oleh teks media sebagai pertanyaan kedua. Dalam diskusi ini, ideologi Althusser digunakan sebagai kerangka untuk menjawab pertanyaan ini. Selanjutnya, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa wacana kecantikan yang dibangun oleh teks media menjadi penyebab utama penindasan wanita kulit hitam karena wacana kecantikan menunjukkan kecantikan ideal dari karakteristik orang kulit putih seperti mata biru, rambu pirang dan lurus dan juga tubuh yang langsing. Kemudian, melalui konsep Hall “decoding” dapat dilihat bahwa representasi wacan kecantikan tidak sepenuhnya diterima oleh wanita kulit hitam dalam novel karena setiap wanita kulit hitam memiliki sebuah pandangan yang berbeda dalam memaknai standard kecantikan.

Kata kunci : Penindasan, Wanita Afro-Amerika, Wacana Kecantikan, Ideology, Hegemoni, Representasi, Encoding/Decoding

 

Related Posts

http://103.147.222.22/ https://sisbpn.petrolab.co.id/ https://survey.petrolab.co.id/pulsa/ http://jdih-aceh-dev.kemenkumham.go.id/ http://dev-realisasi.stipjakarta.ac.id/ https://efinger.bkpp.gorontalokota.go.id/ https://lppm.nurulfikri.ac.id/ https://sierik.bkpp.gorontalokota.go.id/ http://kebunraya.balikpapan.go.id/ https://dev-sido.sebi.ac.id/ https://wginc.com/ https://jdih.majalengkakab.go.id/ slotpulsa