[:id]Menjadi Seorang Jurnalis tidak Harus Alumni Jurnalis[:]

[:id]Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Prof.Dr.Sukarno, M.Litt (3/10) membuka pelatihan jurnalistik secar daring. Pelatihan jurnalistik diikuti 143 mahasiswa dari jurusan Sastra Inggris, Sastra Indonesia, Sejarah dan program studi Televisi dan Film.

Dalam sambutannya, Dekan menyampaikan bahwa pelatihan jurnalistik ini sejalan dengan dies natalis Universitas Jember yang ke-57. Usia yang cukup matang bagi seseorang. Pelatihan Jurnalistik ini adalah salah satu kegiatan akademik untuk menyemarakan hut unej ke-57.

Pelatihan Jurnalistik ini kegiatan yang sangat baik. Rasa terimakasih dan apresiasi kepada para narsumber Agung Sedayu Kompas TV. Hadi Winarto Metro TV, Andy Riza Hidayati Jurnalis Kompas, kata Dekan.

Lebih lanjut dekan menyampaikan, para narasumber adalah alumni Fakultas Sastra yang sekarang Fakultas Ilmu Budaya. Mereka para jurnalis yang tentu sangat expert dalam bidangnya. Kita sangat berbangga dapat waktu dan kesempatan untuk banyak belajar dari mereka dalam jurnaistik. Maka jangan disia-siakan kesempatan baik ini untuk belajar dan menerapkannya.

Kegiatan ini tidak berhenti dalam tataran pelatihan, tetapi berharap dapat menyumbangkan capaian Indikasi Kinerja Utama (IKU). Dimana Mahasiswa dapat didorong melalui jalur lomba-lomba jurnalistik. Setidaknya ada Mata Kuliah Bahasa dengan belak jurnalistik dan media bisa menghasilkan juara-juara. Bukan kemudian semata mata mencari juara, tetapi yang terpenting adalah memiliki mental juara, bisa bekerja keras, tidak gampang menyerah. Kita berusaha meraih apa yang kita cita-citakan. Kegiatan ini sinergi dengan jurusan yaitu membentuk insan jurnalis. Kegiatan ini sangat sinergi dengan beberapa mata kuliah language media, Bahasa dan media dan mata kuliah lain yang senada. Kegiatan ini sangat penting, sekali lagi kami mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada panitia dan pemateri.

Prof. Sukarno, M.Litt menekankan bahwa:

Menjadi seorang jurnalis tidak harus alumni jurnalis. Kesempatan besar pada lulusan FIB justru bisa menjadi jurnalis. Tidak salah Anda kuliah di Fakulta Ilmu Budaya, jelas para alumninya membuktikan dapat menunjukan prestasi yang bagus.

Mengobati rasa kangennya, Agung Sedayu (Jurnalis Tempo) yang juga alumni Fakultas Sastra menekankan seorang jurnalis harus memahami kode etik dan bertanggung jawab pada berita yang ditulisnya. Selain kode etik dan tanggung jawab, seorang jurnalis harus independen.

Agung Sedayu mendapat kesempatan berdiskusi Materi Pengantar Jurnalistik. Dia menceritakan semasa kuliah di FIB aktif di Lembaga Jurnalis Kampus dan setelah lulus pada tahun 2008 bergabung dengan Tempo di Kompartemen Investigasi Tempo.

Menurut Agung Sedayu, jurnalistik banyak pemaknaannya, sebagai praktisi, jurnalistik adalah melakukan konfirmasi terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwan, selanjutnya mengolah dan mempublikasikannya melalui media masa.

Tanggungjawab jurnalis: 1. Untuk memihak informasi public; 2 sebagai alat control kekuasaan, dimana kekuasaan dimanapun berpotensi melakukan kesalah, maka sebagai penyeimbang salahsatunya adalah jurnalis/pers. Pers adalah mediumnya. 3. Mengawal demokrasi, keberadaan pers menjadi factor utama 4. Memberikan pendidikan atau pencerahan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat terlibat aktif dalam mengontrol kekuasaan.

Nilai berita: Kepentingan public, semakin besar kepentingan public, semakin memiliki bobot nilai berita yang tinggi. Keterbaruan lebih memiliki bobot nilai berita dibandingkan dengan peristiwa yang lama atau sudah diketahui. Jadi basi. Besarannya, patitudenya, hubungannya dengan dampak, semakin tinggi dampaknya, semakin berbobot.

Jurnalis bekerja untuk mencari kebenaran, maka hasil jurnalis wajib diverifikasi sebelum dipublikasikan menjadi berita. Jurnalis juga bertugas menjadi penyaring, hal yang benar saja untuk disampaikan, sementara yang tidak benar dikesampingkan tidak menjadi berita, itu namanya HOAX.

Sementara banyak orang seakan menjadi seorang jurnalis dengan memberitakan di medsos. Satu sisi mereka menjadi pewarta, satu sisi mereka tidak memiliki pengetahuan yang baik. Jurnalis harus mengedepankan verifikasi. Seringkali wartawan lupa tentang verifikasi. Ketika mereka mendapat informasi mereka melompat untuk melakukan konfirmasi tanpa melalui verifikasi. Konfirmasi adalah kita memberikan ruang kepada pihak yang diceritakan untuk menjelaskan berdasarkan versi dia.

Secara kode etik, konfirmasi itu wajib, menjadi parameter. Jurnalis dilarang memanfaatkan profesinya untuk kepentingan pribadi. Pun dilarang memiliki etika buruk. Melalui konfirmasi itulah kita mengetahui media atau jurnalis memiliki etikad baik atau buruk.

Kode Etik Jurnalistik

  • Berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah
  • Tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul
  • Tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap
  • Melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menhargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record”.
  • Tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi SARA
  • Hormati kehidupan pribadi, kecuali untuk kepentingan public
  • Segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru/tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa
  • Layani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

 

Hadi Winarto, S.S. wartawan Metro TV banyak berbicara bagaimana proses media televisi dalam memproduksi berita dengan baik. Kerjasama tim produksi dalam memproduksi berita, dan suasana tempat produksi sebuah berita. Hadi Winarto alumni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember menceritakan dirinya termasuk salah satu orang dalam generasi pertama yang bergabung di Metro TV.

Kalau kita memiliki kemampuan dalam suatu posisi yang dibutuhkan suatu perusahaan, jangan takut untuk menawarkan gaji yang kita tawarkan pada perusahaan tersebut. Karena dengan begitu kita akan mempunyai tanggung jawab untuk dapat bekerja dengan lebih baik.

 

Andy Riza menyampaikan kerja jurnalistik adalah kerja kolaborasi, jujur dalam tugas, independensi dan kreatif dalam mencari solusi. Andy Riza juga alumni dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember. Semasa di kampus. Dalam perkembangan media, Andy menceritakan selain aktif di media cetak Kompas juga aktif sebagai jurnalis media online Kompas. Andy mengajak kepada para peserta jurnalistik untuk tidak ragu-ragu menjadi jurnalis.

Andy menjelaskan kepada para peserta jurnalistik untuk memahami cara kerja media cetak dan media sosial. Dunia jurnalistik itu luas, selain menjadi wartawan banyak bidang-bidang lain menanti disana, bila Anda tertarik jangan ragu-ragu, kata Andy Riza[:]

Related Posts

http://103.147.222.22/ https://sisbpn.petrolab.co.id/ https://survey.petrolab.co.id/pulsa/ http://jdih-aceh-dev.kemenkumham.go.id/ http://dev-realisasi.stipjakarta.ac.id/ https://efinger.bkpp.gorontalokota.go.id/ https://lppm.nurulfikri.ac.id/ https://sierik.bkpp.gorontalokota.go.id/ http://kebunraya.balikpapan.go.id/ https://dev-sido.sebi.ac.id/ https://wginc.com/ https://jdih.majalengkakab.go.id/ slotpulsa