Konservasi Kesenian Langka di Jember, Tim FIB UNEJ Dokumentasikan Kesenian Jemblung

Sebagai upaya untuk konservasi kesenian langka di Kabupaten Jember, tim peneliti dari Kelompok Riset Language in Socio-Cultural Life (Lasoral) dan Community for Advanced Humanities Studies (coHumaniS)  melakukan kegiatan pendokumentasian pertunjukan kesenian Jemblung. Tim yang terdiri dari Albert Tallapessy, Ikwan Setiawan, Muhammad Zamroni, dan Ghanesya Harimurti, ini melakukan kegiatan shooting, wawancara mendalam, dan observasi terlibat pada 2 Oktober 2021, selepas Isya.

Kegiatan yang bekerjasama dengan Dewan Kebudayaan Jember (DeKaJe) ini berlangsung di bawah kawasan barongan (rumpun bambu) di Dusun Pumo, Desa Ampel, Kecamatan Wuluhan. Sebagai upaya untuk ikut mencegah penularan Covid-19, pertunjukan dilakukan secara terbatas. Hanya beberapa tokoh masyarakat dan beberapa anak kecil yang dipersilahkan menonton pertunjukan. Perangkat desa dan babinsa pun hadir untuk memastikan pertunjukan tidak mengundang warga terlalu banyak. Sekira tiga jam pertunjukan berlangsung dengan tertib dan lancar di tengah-tengah cuaca yang cukup hangat di Pumo.

Kesenian Jemblung adalah seni pertunjukan yang memadukan secara harmonis komposisi musikal gamelan Jawa, tembang, dan syiar agama Islam. Kesenian ini berkembang di wilayah Trenggalek, Tulungagung, dan Kediri. Dalam pertunjukan jemblung, warga disuguhi beberapa cerita lisan yang diceritakan oleh seorang dalang. Cerita disampaikan oleh dalang berupa tuturan dan tembang yang menceritakan perjalanan para tokoh untuk belajar ilmu agama dan liku-liku permasalahan yang harus mereka hadapi. Beberapa lakon yang sering ditampilkan dalam pertunjukan Umar Amir, Babad Tanah Jawa, Tapel Adam, Hikayat Cucak Ijo, dan yang lain. Dari pertunjukan kolaboratif tersebut menjadikan syiar agama mengalir secara lentur dan menarik, tidak dogmatis.

Untuk memancing minat warga, para seniman jemblung juga menampilkan selingan berupa lagu-lagu campursari dan Banyuwangian. Sinden biasanya menyanyikan beberapa lagu untuk menghindari kejenuhan penonton dalam menikmati cerita yang disampaikan dalang. Siasat pertunjukan ini menjadi karakteristik jemblung Jemberan.

Kesenian jemblung di Jember bisa dikatakan sudah langka. Satu-satunya kelompok yang tersisa adalah Al Hidayah di Dusun Pumo. Kesenian ini sebenarnya berkembang sejak era 1970-an setelah Mbah Damanhuri berpindah kampung halamannya di Trenggalek dan bertempat tinggal di Dusun Pumo. Sempat vakum pada era 1990-an awal, Supratikno menghidupkan kembali kesenian jemblung bersama Mbah Damanhuri dan beberapa tokoh masyarakat pada tahun 2010 hingga saat ini. Meskipun harus bersaing dengan hiburan-hiburan populer, jemblung masih bisa bertahan melalui tanggapan dalam acara hajatan dan peringatan hari besar Islam.

Kehadiran tim peneliti FIB UNEJ bukan sekedar mendokumentasikan, tetapi juga terlibat dalam konservasi dan pengembangan jemblung.

“Pendokumentasian hanyalah tahapan awal untuk aktivitas pendampingan lebih lanjut, sehingga kami bisa bersama-sama para seniman jemblung memformulasi kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang terjadi. Selain itu, kami juga akan melakukan kajian akademis untuk disebarkan ke kalayak luas terkait kompleksitas pertunjukan jemblung dan syiar agama yang ada di dalamnya,” tutur Albert Tallapessy di tengah-tengah perbincangan dengan para seniman selepas kegiatan shooting.

Ikwan Setiawan menambahkan kegiatan kelompok riset ini menjadi pintu masuk keterlibatan UNEJ dalam konservasi kesenian langka yang termasuk dalam kegiatan pemajuan budaya.

“UNEJ, selain mengembangkan peningkatan kualiatas ilmu pengetahuan, juga berusaha mengambil posisi strategis untuk terlibat dalam permasalahan budaya yang berlangsung di masyarakat. Kesenian langka di Jember perlu menjadi perhatian para dosen, peneliti, dan mahasiswa FIB, karena bisa menegaskan komitmen akademis dalam kerja-kerja pemajuan budaya bersama rakyat,” paparnya.

Pada bagian akhir Supratikno mengucapkan terima kasih atas kehadiran para peneliti FIB UNEJ. Ia berharap ke depannya, tetap terjalin kerjasama nyata untuk pengembangan jemblung agar tetap bisa dicintai masyarakat Wuluhan dan Jember. (/ikwan)

Related Posts