sumber : www.berkuliah.com
Salam kenal untuk semua sobat! Perkenalkan, saya Nabhan F Choiron, lahir dan besar di Malang. Sebelumnya, saya menempuh pendidikan S1 di Universitas Negeri Malang jurusan Sastra Inggris. Waktu kuliah S1, saya mendapat beasiswa BMU (dari pemerintah untuk lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliah S1) untuk tahun pertama, dan selanjutnya sampai selesai kuliah saya juga menerima beasiswa IKABIMA (Ikatan Alumni Bahasa Inggris Malang).
Kemudian, selesai studi S1 saya lalu melanjutkan kuliah S2 program Master in Performing Arts Studies program Erasmus Mundus di Belgia, Perancis dan Spanyol dengan Beasiswa Dikti.
Apa kelebihan dari kampus tempat Nabhan kuliah ketika di Belgia dan Perancis? Mungkin dari segi fasilitas, kenyamanan, birokrasi, atau hal lainnya.
Menurut pengalaman saya selama berkuliah di Belgia dan Perancis, jika dibandingkan dengan berkuliah di Indonesia adalah pada dasarnya sama saja. Pendidikan di Indonesia saat ini sudah semakin menunjukkan kemajuan dari kualitas pengajaran dibanding dengan kampus luar negeri pada umumnya.
Dari segi birokrasi pun menurut saya sama saja, sama susahnya di mana-mana. Setiap kampus mempunyai jalur birokrasi yang pastinya berbeda dengan kampus lain. Kebetulan saya sempat berkuliah di 3 kampus bahkan negara yang berbeda. Saya menemui pengalaman yang berbeda pula dari setiap birokrasi kampus. Namun, yang maling mengesankan dan tak akan lupa saat saya belajar di kampus Perancis. Birokrasi di kampus Perancis terutama kampus saya waktu itu sungguhlah rumit dan menguras emosi serta tenaga. Orang-orang Perancis yang kaku dengan sistemnya yang boleh dikatakan lebih organized dari pada kampus saya di Belgia, namun kurang fleksibel saat ada permasalahan yang saya hadapi sebagai mahasiswa internasional, sehingga membuat frustasi. Karena saya tidak bisa memegang kartu mahasiswa selama 1 semester di mana kartu mahasiswa adalah satu-satunya akses untuk memakai fasilitas kampus, perpustakaan, dan pembayaran makan di kantin.
Namun dari segi fasilitas yang ada, baik di Belgia dan Perancis; seperti akses jurnal yang sangat membantu para scholar mengerjakan penelitian atau tugas, akses leisure atau ekstrakurikular kampus yang bermacam-macam dan profesional dengan adanya tutor atau pelatih, sistem informasi yang terintegrasi, koleksi perpusatakaan, dan beberapa hal lainnya, belum saya temui di universitas di Indonesia
Alasan apa yang mendasari Nabhan untuk mengambil jurusan yang ditekuni saat ini? Apakah pernah mengalami kesulitan? Jika pernah, lalu bagaimana cara kamu mengatasinya?
Kebetulan saya mengambil jurusan Performing Arts studies. Alasan awal saya mengambil jurusan tersebut karena saya memang tertarik dan ingin belajar lebih jauh mengenai dunia seni pertunjukan, di mana juga saya masih jarang menemui orang yang belajar seni pertunjukan di Eropa. Mungkin karena saya bisa dibilang baru di dunia seni pertunjukan, mengingat saya bukan dari lulusan seni melainkan Sastra. Saat saya belajar sastra ada mata kuliah drama, dan saya tertarik untuk lebih konsentrasi di bidang tersebut.
Banyak kesulitan yang saya hadapi, terutama saat awal-awal perkuliahan. Ternyata ilmu tentang dunia seni pertunjukan saya masih jauh dari teman-teman seperkuliahan saya, terutama jika dibanding dngan mahasiswa Eropa lainnya yang memang sudah malang-melintang di dunia teater dan tari. Banyak yang harus saya kejar supaya tidak tertinggal dari teman yang lain.
Namun, kendala terbesar yang saya hadapi waktu itu adalah bahasa. Mengingat semua perkuliahan di kampus saya adalah bahasa Perancis di mana saya tidak memiliki dasar bahasa tersebut, saya juga tak pernah mengambil kursus khusus bahasa Perancis sebelum berangkat.
Sebenarnya saya diharuskan datang 1 bulan sebelum perkuliahan di mulai untuk mendapat bekal kursus bahasa intensif di Brussels waktu itu, namun saya ada masalah dengan aplikasi visa saya, sehingga saya datang di Brussels cukup terlambat dan tidak ada persiapan bahasa Perancis yang memadai. Saya sendiripun seorang lulusan Sastra Inggris. Namun, dengan jam belajar yang lebih, banyak membaca buku bahasa Perancis di luar jam kuliah, serta banyak diskusi dan bertanya kepada teman-teman sekelas yang kebetulan baik semua, alhamdulillah akhirnya bisa lulus semua mata kuliah yang diujikan. Walau ada satu mata kuliah yang saya harus sampai mengulang 4 kali, karena professornya yang secara personal memang susah, dan mata kuliahnya yang super susah, berhubungan dengan filsafat sehingga menuntut siswa mempunyai bahasa Perancis yang matang, bahkan mahasiswa lokal pun banyak yang baru bisa lulus setelah ujian kedua.
Bagaimana sistem perkuliahan dan kurikulum pendidikan di Belgia dan Perancis, apakah ada perbedaan yang mencolok dengan Indonesia?
Saya rasa, sistem perkuliahan hampir sama secara umum, baik di Indonesia, Belgia dan Perancis. Kadang yang membuat berbeda adalah sistem universitas, lingkungan serta dosen pengmpu mata kuliah itu sendiri.
Hanya saja di Belgia misalnya, absen tidak begitu penting pada umumnya, tidak seperti di Perancis yang absen sepertinya mempengaruhi nilai akhir mahasiswa. Di Belgia bisa saja datang pada saat ujian dan bisa lulus jika memang bisa. Kecuali mata kuliah praktik yang memang butuh kehadiran setiap siswa.
Berbeda dengan di Perancis, mahasiswa di absen satu persatu, sehingga dosen lebih kenal dengan siswanya. Saya rasa sama dengan di Indonesia, ada kampus yang absen merupakan hal penting ada yang tidak. Seperti kampus saya sewaktu berkuliah di Universitas Negeri Malang, setiap dosen memanggil nama list mahasiswanya.
Bagaimana karakter dosen dalam menyampaikan mata kuliah ketika di Belgia dan Perancis?
Menurut saya, karakter dosen kembali lagi ke personal masing-masing dosen. Sama saja dengan di Indonesia. Tapi, secara general boleh saya bilang hubungan dosen dan mahasiswa di luar lebih fleksibel dan tidak terkesan ada batas, bisa saja dosen menjadi teman. Namun, situasi secara kultural juga mendukung, masing-masing bisa menempatkan posisi sebagai mahasiswa dosen atau teman di waktu yang tepat. Walau di Indonesia saya juga temui dosen yang lebih bersahabat dengan mahasiswa, tetapi masih saya temui mahasiswa yang tidak bisa menempatkan posisi yang semestinya sebagai seorang mahasiswa.
Bagaimana cara menentukan Kartu Rencana Studi, yang biasa kalau di Indonesia dikenal dengan KRS, entah itu di Belgia dan Perancis?
Secara umum sepertinya sudah sama proses KRS di Indonesia dan luar negeri, khususnya Belgia dan Perancis.Yang membedakan tentu saja istilah di masing-masing kampus tersebut, dan mungkin sistem informasi yang sudah berjalan di masing-masing kampus. Mungkin juga kembali dari sistem informasi yang sudah terintegrasi dan sistematis, membuat KRS di Belgia dan Perancis terlihat lebih mudah, dan bisa dilakukan di mana saja melalui online internet.
Bagaimana perbandingan karakteristik dari masyarakat Belgia dan Perancis?
Pada umumnya masyarakat Belgia lebih open terhadap perbedaan daripada di Perancis. Di Belgia menurut saya orang lebih terbuka terhadap perbedaan. Mengingat mungkin orang Belgia sendiri sudah terdiri dari 2 wilayah berbeda Flemish dan Wallon, sehingga Brussels sebagai ibukota dan terletak di tengah Belgia pun menggunakan 2 bahasa sebagai bahasa resmi, yaitu Flemish (Belanda) dan Perancis. Bisa ditemui orang Hitam berteman akrab dengan orang kulit putih, banyak perempuan berjilbab juga bersekolah di sekolah publik, dan masih banyak lagi.
Sedangkan Di Perancis, orang lebih tertutup terhadap orang baru. Lebih susah mencari dan make friends dengan orang Perancis. Walaupun kalau sudah menjadi teman baik, itu lain cerita. Tetapi di Belgia masyarakatnya lebih welcome terhadap orang baru.
Bagimana kebudayaan pemuda di Belgia dan Perancis? Khususnya yang masih sebaya dengan Nabhan?
Pada umumnya kehidupan pemuda Perancis dan Belgia sama saja mungkin dengan Indonesia. Pemuda-pemuda seumuran saya ada yang sudah mulai bekerja dan meniti karir, ada juga yang masih sibuk menuntut ilmu dan berkarya. Ada juga pemuda-pemuda di sini suka travelling serta tidak takut untuk mencoba hal-hal yang baru.
Pengalaman menarik apa yang tidak pernah bisa dilupakan selama di Belgia dan Perancis?
Susah kalau ditanya pengalaman menarik. Karena setiap pengalaman menurut saya unik, baik pengalaman yang menyenangkan atau yang menyebalkan.
Tetapi mungkin pengalaman menari saat menghibur para orang tua di sebuah panti jompo di Coruna Spain bersama keempat teman saya yang menghadiri workshop international merupakan pengalaman yang menarik. Tarian karnaval Baranquilla Columbia yang mendatangkan langsung dari seorang carnavaler/penari dari Kolumbia, bersama-sama kita membuat pertunjukan di sebuah panti jompo. Berbuat sesuatu terutama menghibur orang lain menurut saya merupakan pengalaman yang menarik.
Atau mungkin berkeliling Laut Mediterania,Teluk Baie Des Ange Nice Perancis di malam hari menggunakan perahu. Kebetulan saya kenal dengan salah seorang pemilik perusahaan kapal di Inggris dari organisasi Encompass Trust yang kebetulan tinggal di Nice Perancis selatan. Melihat Nice malam hari dari arah laut merupakan pengalaman yang menarik juga, sambil belajar menahkodai kapal.
Adakah pesan atau kata motivasi yang ingin Nabhan sampaikan untuk pembaca berkuliah.com yang ingin kuliah di luar negeri, seperti di 3 negara yang sudah kamu tempuh?
Singkat saja, be yourself to be the most of you. Keep dreaming, and do your best to make it come true, nothing is impossible!