Hery Prasetyo
FISIP Universitas Jember
Pos-el: heryprasetyo83@gmail.com
Abstrak
Kopi dalam keseharian masyarakat tidak dapat dilepaskan dari kontekstasi dan marginalitas yang menempatkannya di tengah pasar. Apa yang membuatnya diminati pasar adalah bagian dari formasi nilai kultural. Konsekuensi dari munculnya nilai kultural ialah hadirnya absorpsi kultural dari lokalitas yang hendak ditampilkan sebagai bagian dari globalitas. Budaya kopi pada masyarakat adat Using, secara diametral berada pada ruang kebudayaan global. Lokalitas masyarakat adat Using yang dibentuk dengan kultur agraris yang berjalan dalam modernisasi tampak terseok justru ketika ditampilkan sebagai yang global. Hal ini dimulai dengan adanya formasi kebudayaan yang secara perlahan mengubah kesadaran diri masyarakat adat dan disertai dengan percepatan komodifikasi budaya lokal. Budaya kopi yang hadir dari yang lokal, di saat yang bersamaan dihadapkan pada kehadiran komoditas dan formasi kultural untuk menikmatinya. Lokalitas budaya kopi masyarakat adat Using dibentuk dalam marginalitas selera kulturalnya untuk menampilkan yang dominan dan berorientasi pada pasar. Sementara pembentukan subjek pascakolonial yang terjebak pada keretakan asalusul kesadaran dan banalitas artikulasi kebudayaan menjadi jamak ditemui sebagai bagian dari keseharian masyarakat Banyuwangi.
Kata kunci: absorpsi kebudayaan, fetishisme, lokalitas, pascakolonial.
Text Full : PDF