[:id]Puisi berjudul “Membaca Gerbong” karya mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB UNEJ) dinobatkan sebagai puisi terbaik dan menjadi Juara I dalam Lomba Cipta Puisi Pesta Literasi 2022. Puisi tersebut diciptakan oleh Muhammad Rizqi Hasan, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia semester V. Lomba tingkat nasional tersebut diselenggarakan kerja sama antara UPT Perpustakaan Universitas Jember, Sahabat Perpustakaan Universitas Jember, dan Panitia Volunteer Pesta Literasi 2022. Nama para pemenang diumumkan dalam rangkaian puncak kegiatan berupa Seminar Nasional Literasi, di lingkungan Perpustakaan Universitas Jember, Sabtu (26/11/2022).
Selain UNEJ, pemenang lain berasal dari Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta dan Universitas Tidar (Untidar) Magelang. Daftar nama pemenang sebagai berikut. Juara I Muhammad Rizqi Hasan (“Membaca Gerbong”, FIB UNEJ), Juara II Eka Puspita Wardani (“Iqra Kitaabak”, FKIP UNEJ), Juara III Vania Kharizma Satriawan (“Moyangku Tulen Pribumi”, Unisri), Juara Harapan I M Iqbal Khoironnahya (“Menafsir Galur Nasib Anak-Anak Pesisir”, Untidar), dan Juara Harapan II Haikal Faqih (“Citra”, FIB UNEJ). Penghargaan dari panitia berupa trofi, sertifikat, dan uang pembinaan.
Muhammad Rizqi Hasan (biasa dipanggil Hasan), pemuda kelahiran Banyuwangi, 5 Februari 2002, mengirim dua puisi, yakni “Membaca Gerbong” dan “Teriak-Tangis Ki Hadjar”. Anak kedua dari dua bersaudara, berasal dari keluarga sederhana, dengan orang tua berprofesi sebagai buruh tani tersebut, merasa terharu atas terpilihnya puisi karyanya sebagai puisi terbaik.
Bagaimana proses kreatif dalam menulis kedua puisi tersebut? Berikut wawancara melalui WA dengan Muhammad Rizqi Hasan.
Bagaimana latar belakang proses penulisan kreatif puisi yang Anda ciptakan?
Saya menulis kreatif semenjak lulus SMA. Tepatnya sebelum perkuliahan semester pertama di FIB UNEJ dimulai. Saat itu saya menjadi kontributor di Terminal Mojok (anak perusahaan dari media online MOJOK.CO), berupa artikel populer. Untuk penulisan kreatif seperti puisi dan cerpen, saya mulai senang menulis setelah menyukai membaca koran dan juga sedang menempuh mata kuliah Penulisan Kreatif Sastra (PKS). Mulai dari situ saya senang menulis cerpen. Tetapi, untuk buku kumpulan puisi atau cerpen, saya belum pernah menerbitkan secara pribadi atau individu. Namun, ada beberapa cerpen dan puisi saya yang diterbitkan secara bersama dalam antologi, diterbitkan melalui sayembara atau lomba.
Apa motivasi Anda dalam mengikuti kompetisi penulisan puisi?
Motivasi saya, ingin semakin mengasah kemampuan menulis. Apalagi kebetulan temanya adalah soal literasi. Tema ini memang sudah lama menjadi salah satu keresahan saya. Jadi, kebetulan sekali. Selain dapat menyalurkan minat dan mengasah kemampuan saya, juga untuk menyalurkan keresahan saya soal literasi.
Bagaimana inspirasi dalam proses penulisan puisi yang Anda ikutkan dalam lomba tersebut?
Dalam lomba itu, saya mengirim dua puisi. Puisi pertama yang juga memenangi lomba berjudul “Membaca Gerbong”. Puisi ini terinspirasi oleh hasil perenungan saya sekian lama. Saya miris dengan realitas masa kini, tentang persoalan “algoritma menciptakan manusia”. Dalam arti bahwa perilaku, pilihan hidup, bahkan karakter seseorang dibentuk oleh “tren” yang sedang berkembang. Bukan berdasarkan pada proses sistematis dan logis, yang tentu membutuhkan literasi. Hal itu kemudian membuat saya menulis puisi ini. Tentu dipadukan dengan hal-hal lain yang tersimpan dalam kepala dan hati saya.
Puisi yang kedua berjudul “Teriak-Tangis Ki Hadjar”. Puisi ini saya tulis berdasarkan subtema pendidikan. Inspirasinya hampir sama dengan puisi sebelumnya, yakni tidak dipakainya proses yang sistematis dan logis dalam berbagai dimensi kehidupan. Termasuk dalam ranah pendidikan. Oleh karena itu, fenomena sosial yang muncul bahwa banyak pihak yang menggunakan pendidikan hanya untuk kepentingan duniawi, bukan “merdeka” sebagaimana kata Ki Hadjar Dewantara.
Bagaimana perasaan Anda ketika mengetahui bahwa puisi yang dikompetisikan menjadi Juara I?
Kaget. Terkejut. Puisi saya berbeda dengan puisi pada umumnya dari segi bentuk. Jadi, saya tidak yakin puisi tersebut akan menang. Tetapi Alhamdulillah, ternyata justru menjadi pemenang.
Apa harapan ke depan terkait karya kreatif berupa puisi dan cerpen yang telah Anda hasilkan?
Saya berharap karya-karya yang telah saya hasilkan akan bermanfaat, baik bagi yang membaca maupun bagi saya sendiri. Saya berharap karya-karya tersebut dapat memancing karya-karya saya selanjutnya untuk lahir dan terus lahir. Berharap pula, dengan karya-karya saya, orang lain juga dapat mengikuti berkarya.***[:]