[:id]Seminar Nasional “Humaniora dan era Disrupsi” dalam Rangka Pekan Chairil Anwar, 5 Oktober 2020 dibuka Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember di Aula Sutan Takdir Alisyahbana dan diikuti ratusan peserta secara daring.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Prof.Dr.Akhmad Sofyan, M.Hum menyampaikan apresiasi kepada HISKI dan ATL Jember yang walaupun secara daring dapat melaksanakan agenda Seminar Nasional. Sedianya bulan April agenda Seminar Nasional ini kita laksanakan, namun karena kondisi covid-19, baru bisa kita laksanakan secara daring, kata Dekan.
Lebih lanjut Dekan menyampaikan, sebagai adaptasi kita dalam era yang menuntut kita untuk beradaptasi karena keadaan. Pada era disrupsi bagaiamana caranya kita dapat melaksanakan kegiatan walapun secara online. Era disrupsi sekarang merubah dengan cepat, dan kadang-kadang kita terseok-seok mengikuti keadaan. Seperti kita tidak bisa melaksanakan seminar secara langsung dan tertunda
Era Disrupsi yang mengalamai akselerasi yang luar biasa dimasa pandemi ini, kita semakin cepat juga mengikutinya. Termasuk juga dalam kegiatan belajar mengajar. Barangkali kedepan perguruan tinggi tidak memerlukan ruangan-ruangan yang luas seperti aula. Barangkali yang berubah bukan hanya sekedar caranya tetapi substansinya yang harus berubah. Karena nilai-nilai berubah, jangan-jangan kedepan ijazah tidak lagi penting. Bagaimana kita harus menyesuaikan dengan keadaan. Barangkali perubahan itu banyak orang dirugikan dan terseok-seok karena keadaan. Banyak orang juga barang kali menerima berkah dari masa pandemi dan masa disrupsi ini.
Kalau sebelum pandemi para pemateri barangkali dalam sekali waktu hanya bisa menjadi satu kegiatan. Diera daring sekarang bisa jadi pemateri bisa menjadi narasumber dalam sekali waktu pada beberapa tempat. Ada beberapa laptop diaktifkan secara bersamaan dan memberikan materi secara bersamaan.
Era disrupsi apalagi era digital yang semuanya dilakukan secara daring, dalam semua supaya bisa ekstra hati-hati. Barangkali itu tanda-tanda kiamat. Karena semua akan terekam, kalau dulu kuliah kita bisa. Kalau dulu pemakalah menjadikan ruangan menjadi miliknya. Sekarang bisa jadi dalam ruangan hanya ada beberapa orang, tetapi bisa disaksikan dan didengar oleh semua orang dari penjuru dunia. Seperti seminar sekarang yang diikuti oleh beberapa orang dalam ruangan tetapi diikuti oleh semua orang yang secara online bahkan disiarkan secara streaming. Era sekarang kita harus berhati-hati dalam berbicara, bersikap karena jejak digital akan terekam secara online.
Ketua Panitia Seminar Nasional “Humaniora dan era Disrupsi”, Dr. Herus Setya Puji R, M.Hum menyampaikan bahwa peserta seminar nasional diikuti 470 peserta dari Sabang sampai Merauke. Dari 470 peserta tersebut terkumpul 97 abstra dan 5 narasumber atau terkumpul 102 abstrak. Setelah melalui seleksi terkumpul 64 makalah. Dari 64 makalah tersebut sudah tersusun dalam e-prosiding dengan 720 halaman.
Semua peserta akan mendapatkan fasilitas gratis berupa e-sertifikat dan e-prosiding di web HISKI Jember, kata Heru SP.
Heru SP menyampaikan bahwa disrupsi merupakan fenomena dinamika peradaban. Dalam kelisanan (Walter J.Ong) mengatakan ada 4 peradaban, yaitu:
- kelisanan
- khirografik/tulisan
- tipografik/cetakan, dan
- elektronik
Sebagai ketua pelaksana, Heru SP merasa sangat berterimakasih atas beberapa tim yang telah bekerja sangat baik dalam pelaksanaan Seminar Nasional, yaitu: tim kecil, tim prosiding, dan secara khusus kepada koleganya yang saat ini sudah pindah tugas ke UNJ, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum.[:]