[:en]SUMMARY
THE TERMS IN PERBATIKAN (MAKING BATIK) ACTIVITY IN MADURESE SOCIETY IN SUMBER PAKEM VILLAGE, SUMBER JAMBE SUBDISTRICT, JEMBER REGENCY (A SEMANTIC STUDY)
This research discusses the term in a batik activity on Madura community in Sumber Pakem Village, Sumber Jambe Subdistrict, Jember Regency. A term is a certain name which has a specific nature or a name that contains a word or a combination of words which expresses a meaning, concept, process, specific situation in a certain field. In batik industry, certain communications emerges among the workers related to their everyday’s jobs, perbatikan (making batik activity). Madurese society gives meaning and agrees that the utterance of the terms is based on what they do in daily life. Perbatikan terms in this research cover some formulations of problems, including the form and the meaning of the term for workers, materials, equipments, types of activities, and coloring pocess. This research uses three phases of research, namely (1) the phase of collecting the data by using observation and interview method, (2) the phase of analyzing the data by using unified referential then followed by classify technique for decisive element (PUP), and (3) the phase of the presentation of the analysis result by using formal and informal method of presentation.
This research used semantic approach. The research found three categories namely words, phrases, and abbreviations. The terms in the form of words consist of verbs and nouns as well as the term in the form of phrases such as verb phrases and noun phrases. Based on the structure of the form, it consists of basic words or roots and the terms in the forms of derivative words or affix words. The terms of perbatikan were analyzed based on the semantic study for revealing the changing of the forms and the changing of the sound. Besides, it also discussed the extension of meaning, the narrowing of meaning of, and study the structure of the words.
The first result of this research is the forms of perbatikan terms based on the worker, namely palako abhatek [palakͻ abhətεk], palako aghembher [palakͻ aghəmbhər], palako ngecapah [palako ŋəcappah], palako nebbheng [palakͻ nəbbhəŋ], palako nyolek [palakͻ ñͻlεk], palako nyassa [palakͻ ñassa], palako lorotan [palako lͻrͻtan]. The second is the forms of perbatikan terms based on the materials, namely malan [malan], kusti’ [kUsti?], obhet bhetek [obət bhətεk], malan keddhek [malan kəddhə?], malan re-kareh [malan rεkarεh], TRO [Turkish Red Oil]. The third is the forms of perbatikan terms based on the equipments, namely canting [cantεŋ], kasor [kasͻr], ghebhus [ghəbhus], dhlubang mennyak [dhlubəŋ mεnñya?], canteng cap [cantεŋ cap], canteng esse [cantεŋ εssε], and kennengngan nyolek [kənnəŋŋan ñͻlεk],. The fourth is the forms of perbatikan terms based on the making batik activities namley aghember [aghəmbər], nyanteng [ñantεŋ], ngisse’en [ŋissε?εn], abernaen [abərnaεn], etotop [εtͻtͻp], nyolek [ñͻlεk], nebbheng [nəbbhəŋ], nyellop [ñəllͻp], ejhemmor [εjhəmmor], alorot [alͻrͻt], eremek [εrəmək], nyamaraghi [ñamaraghi], nyassa [ñassa], nyeddrika [ñəddrika], aberri’ engghen [abərri? əŋghən], notop barna [nͻtͻp bərna], malocot malan [malͻcͻt malan]. The fifth is the forms of perbatikan term based on the coloring process, namely egren [əgrεn] and bhiru toska [bhirutͻska].
The terms in making batik activities function to give easiness for the people involving in perbatikan to utter several things related to perbatikan and to identify the materials, equipments, kinds of activities, and the coloring related to batik. The terms are very helpful for the batik artisan and the workers for everyday’s communication. In addition, the terms can be used as the communication for the Madurese batik community in Sumber Pakem Village, Sumber Jamber Subdistrict, Jember Regency.
[:id]RINGKASAN
ISTILAH DALAM AKTIVITAS PERBATIKAN PADA MASYARAKAT MADURA DI DESA SUMBER PAKEM KECAMATAN SUMBER JAMBE KABUPATEN JEMBER (KAJIAN SEMANTIK SEMANTIK)
Penelitian ini membahas istilah dalam aktivitas perbatikan pada masyarakat Madura di Desa Sumber Pakem, Kecamatan Sumber Jambe, Kabupaten Jember. Istilah merupakan nama tertentu yang bersifat khusus atau suatu nama yang berisi kata atau gabungan kata yang cermat mengungkapkan makna, konsep, proses, keadaan yang khas dibidang tertentu. Dalam industri batik muncul komunikasi antar pekerja yang berkaitan dengan pekerjaan mereka sehari-hari yaitu perbatikan. Masyarakat Madura memaknai dan menyepakati bahwa penyebutan istilah tersebut berdasarkan apa yang dilakukan sehari-hari. Istilah perbatikan dalam penelitian ini melingkupi beberapa rumusan masalah di antaranya bentuk dan makna istilah pekerja, bahan, peralatan, jenis kegiatan, dan pewarnaan. Dalam penelitian ini digunakan tiga tahap penelitian, yaitu: (1) tahap penyediaan data dengan metode observasi dan metode wawancara, (2) tahap analisis data dengan metode padan referensial dilanjutkan dengan teknik pilah unsur penentu (PUP), dan (3) tahap penyajian hasil analisis data dengan metode penyajian formal dan informal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik. Hasil dari penelitian ini ditemukan tiga kategori yaitu berupa kata, frasa dan singkatan. Istilah yang berbentuk kata terdiri atas kata kerja (verba) dan kata benda (nomina) serta istilah yang berbentuk frasa berupa frasa kerja dan frasa benda. Berdasarkan struktur bentuknya, terdiri atas kata dasar atau kata asal, serta bentuk istilah yang berupa kata turunan atau berimbuhan. Istilah perbatikan dianalisis berdasarkan kajian semantik, mengungkapkan perubahan bentuk dan perubahan bunyi. Selain itu, juga membahas perluasan makna, penyempitan makna, dan mengkaji struktur kata.
Hasil penelitian ini pertama, bentuk istilah perbatikan berdasarkan pekerja batik di antaranya, palako abhatek [palakͻ abhətεk], palako aghembher [palakͻ aghəmbhər], palako ngecapah [palako ŋəcappah], palako nebbheng [palakͻ nəbbhəŋ], palako nyolek [palakͻ ñͻlεk], palako nyassa [palakͻ ñassa], palako lorotan [palako lͻrͻtan]. Kedua, bentuk istilah perbatikan berdasarkan bahan batik di antaranya, malan [malan], kusti’ [kUsti?], obhet bhetek [obət bhətεk], malan keddhek [malan kəddhə?], malan re-kareh [malan rεkarεh], TRO [Turkish Red Oil]. Ketiga, bentuk istilah perbatikan berdasarkan peralatan batik di antaranya, canteng [cantεŋ], kasor [kasͻr], ghebhus [ghəbhus], , dhlubang mennyak [dhlubəŋ mεnñya?], canteng cap [cantεŋ cap], canteng esse [cantεŋ εssε], kennengngan nyolek [kənnəŋŋan ñͻlεk],. Keempat, bentuk istilah perbatikan berdasarkan kegiatan membatik ditemukan diantaranya, aghember [aghəmbər], nyanteng [ñantεŋ], ngisse’en [ŋissε?εn], abernaen [abərnaεn], etotop [εtͻtͻp], nyolek [ñͻlεk], nebbheng [nəbbhəŋ], nyellop [ñəllͻp], ejhemmor [εjhəmmor], alorot [alͻrͻt], eremek [εrəmək], nyamaraghi [ñamaraghi], nyassa [ñassa], nyeddrika [ñəddrika], aberri’ engghen [abərri? əŋghən], notop barna [nͻtͻp bərna], malocot malan [malͻcͻt malan]. Kelima, bentuk istilah perbatikan berdasarkan warna batik ditemukan diantaranya, celleng egren [əgrεn], bhiru toska [bhiru tͻska].
Istilah dalam aktivitas perbatikan berfungsi memberikan kemudahan bagi orang-orang yang berkecimpung di dalamnya untuk penyebutan beberapa hal yang berkaitan dengan perbatikan serta untuk mengidentifikasi bahan, peralatan, jenis kegiatan, dan warna yang berhubungan dengan batik. Istilah tersebut sangat membantu para pengrajin maupun pekerja batik dalam berkomunikasi sehari-hari. Selain itu, istilah tersebut juga dapat dijadikan sebagai komunikasi komunitas batik Madura di Desa Sumber Pakem, Kecamatan Sumber Jambe, Kabupaten Jember.
[:]