BANGKU BATU: Tatapan mata para mahasiswa mengunci perjumpaan tak terduga, Senin (2/11/2015). Bangku batu yang berderet di sepanjang halaman, membuka ruang perbincangan dengan orang-orang yang setia. Sungguh, jadi merasa kecil, berada di tengah-tengah para kandidat Profesor. Mereka hidup dalam hari-hari yang penuh dengan ayunan langkah asketik.
Obrolan tentang anak-anak, dapur, strategi kuliah, hingga dunia kreatifitas yang mendebarkan: mengalir lugas. Diurai dengan kerendahan hati, dipaparkan lewat garis intelektual. Kebahagiaan apa lagi yang hendak saya dustakan, ketika ketulusan ada di telapak tangan mereka. Kehadiran saya dengan tas penuh mozaik, pelan-pelan tersusun menjadi jembatan pelangi. Bekal terbaik melalui hari-hari.
Mas Andang, Cak Ilham, Cak Eko, Gus Candra: terima kasih atas waktunya, berbincang di bawah guguran kembang kecil-kecil. Ketekunan anda semua menjadi pedoman saya menyusuri jalan terang. Pada bangku batu nomor sembilan, saya semakin yakin hidup adalah rentetan perjalanan yang menyenangkan
(DUM: Antirogo-Tegal Gede Jember, Selasa 3 November 2015)#jalanjalandangembira