Ada yang spesial dari kunjungan siswa-siswi Madrasal Aliyah Negeri (MAN) 1 Jember saat berkunjung ke Fakultas Sastra Universitas Jember. Banyak pertanyaan yang mereka lontarkan terkait dengan persyaratan dan proses perkuliahan di Fakultas Sastra. Beberapa pertanyaan yang sempat terekam adalah:
- Apa syarat utama bagi kami untuk bisa menjadi mahasiswa Program Studi Televisi dan Film (PSTF)
- Bagaimana lulusan Sastra Inggris, Sastra Indonesia dan Ilmu Sejarah dalam mencari kerja
- Apakah bila kami menjadi mahasiswa Ilmu Sejarah harus mempelajari sejarah kemerdekaan atau apa keunggulan dari menjadi mahasiswa Ilmu Sejarah.
- Apakah kita masih membutuhkan pelajaran Bahasa Indonesia? lalu bagaimana lulusan Sastra Indonesia?
- PSTF memberlakukan tugas akhirnya bisa dengan skripsi atau karya, sedangkan untuk membuat karya seperti film itukan pembuatannya berkelompok, seperti apa yang dimaksud dengan karya sebagai pengganti skripsi itu? padahal tugas akhir itu yang kami tahu sifatnya perorangan bukan kelompok.
- Apakah di Ilmu Sejarah kita bisa mempelajari dan menerapkan ilmu perekonomian?
Drs. Hary Kresno Setiawan, MM, menjawab pertanyaan syarat untuk menjadi mahasiswa PSTF yang utama adalah lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN) baik melalui jalur Seleksi Nasional (SNMPTN) maupun Seleksi Bersama (SBMPTN), kemudian yang tidak kalah penting adalah tidak buta warna, karena setiap mahasiswa akan dituntut untuk bisa mengolah warna melalui mata kuliah nirmana, photografi, produksi, studio dll. Dipertegas oleh Hary Kresno, sangat disayangkan bila hasil produksi film dan gambar pada akhirnya menghasilkan karya yang hitam putih saja. Ditambahkan oleh Denny Antyo, S.Sn, M.Sn selain dari tidak buta warna, calon mahasiswa PSTF dibutuhkan kreatif dan kerjasama yang baik.
Terkait dengan skripsi yang berupa karya, seperti membuat film atau produksi, Denny menjelaskan bahwa tugas akhir mahasiswa bisa dilakukan dengan spesifikasi keilmuan yang diambil oleh mahasiswa dalam penyusunan tugas akhirnya, contohnya bisa mengambil peran sebagai sutradaranya, bisa sebagai koreografernya, bisa sebagai penaskahannya, bisa sebagai lightingnya, bisa sebagai fotografernya dll. Karya yang dimunculkan oleh setiap mahasiswa dalam tugas akhirnya terfokus pada satu keahlian yang mereka kehendaki.
Ketua program studi Sastra Inggris, Supiastutik menitikberatkan kepada penggunaan bahasa Inggris sangat diprioritaskan kepada siapapaun untuk mendapatkan sarana beasiswa yang sekarang ini banyak diberikan kepada mahasiswa baik program beasiswa dalam negeri terlebih luar negeri, banyak alumni Sastra Inggris yang selain dapat melanjutkan di Luar Negeri karena kemampuan bahasa Inggrisnya juga banyak yang bekerja di lintas keahliannya, seperti menjadi diplomat, menjadi guru, bekerja di perbankan, bekerja di instansi-instansi lainnya, tidak seperti lulusan Bahasa Inggris yang memang lebih ke arah menjadi guru walaupun ada juga yang bekerja di bank dan lainnya. Supiastutik dan Riskia juga berbagi bahwa mempelajari Sastra Inggris cakupan ilmunya lebih luas, disamping semua keilmuan yang dipelajari berbahasa Inggris juga diajari berbagai bahasa seperti Perancis, Jepang, Jerman, dll. Bahasa menjadi penting bila kita mau keluar negeri, tegas Supiastutik.
Dra. Sri Ningsih, MS, ketua program studi Sastra Indonesia memaparkan bahwa jangan dikira karena kita orang Indonesia sudah pandai dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional masih sangat luas dibutuhkan dalam setiap event baik skala domestik maupun Internasional, bahkan Bahasa Indonesia sesuai dengan kesepakatan KTT ASEAN akan dijadikan salah satu bahasa komunikasinya. Kita bukan hanya bangga mempelajari Bahasa Indonesia, lulusan Sastra Indonesia disamping dapat berbahasa Indonesia sesuai dengan EYD, mereka lebih banyak berkiprah sebagai editorial media baik koran, televisi maupun sebagai wartawan, reporter termasuk juga seperti Sastra Inggris, cakupan keilmuannya dapat diterima di semua lapisan pekerjaan yang ada, alumni kami ada yang bekerja di Bank, di dinas sosial, departemen dalam negeri, bahkan ada yang ada di departemen luar negeri. Materi pembelajaran sebagai salah satu unggulan yaitu editing, photografi, jurnalistik, dls.
Ketua program studi Ilmu Sejarah, Drs. Nawiyanto, MA. Ph.D membuka wawasan kepada siswa-siswi MAN1 Jember, bahwa menjad seorang sejarawan atau ahli sejarah atau lebih sempatinya lagi menjadi lulusan Ilmu Sejarah itu tidak sesempit hanya mempelajari Sejarah semata. Nawiyanto menceritakan kisah perjalanannya menjadi seorang dosen di program Ilmu Sejarah. Ketika awal saya belajar ilmu sosial saya sudah tertarik dengan sejarah walaupun ilmu akuntansi saya juga lebih bagus, terang Nawiyanto yang lulusan Australia program pascasarjana dan doktornya di Sejarah. Ketika saya SD saya ingin menjadi guru SD, ketika saya SMP saya ingin lebih meningkat untuk menjadi guru SMP, begitu saya SMA guru saya bilang kamu akan lebih baik lagi daripada menjadi guru SMA. Walaupun nilai akuntansi saya 10 saya lebih memilih untuk masuk di Perguruan Tinggi dan mengambil Ilmu Sejarah di Universitas Gadjah Mada, tegas Nawiyanto. Mempelajari ilmu sejarah itu lebih daripada hanya mempelajari sejarah masa lampau, masa kemerdekaan, atau masa revolusi saja, tetapi lebih dari itu. Makanya kenapa di universitas manapun mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah, Metode Sejarah, Filsafat Sejarah selalu dipelajari. Hal ini kita bisa menggali sejarah dari siapapun melalui metode menggali memeri dari perjalanan hidup dan kenangan hidup seorang tokoh, budayawan, politikus, dls. Boleh jadi kita juga bisa menjadi pelaku sejarah dizamannya. (/bob)
Berita Terkait: