[:en]Pluralism in Ahmad Fuadi’s Negeri 5 Menara: A Semiotic Approach[:id]Pluralisme dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi: Suatu Pendekatan Semiotika[:]

[:en]SUMMARY

Pluralism in Ahmad Fuadi’s Negeri 5 Menara: A Semiotic Approach; Mar’atush Sholihah, 120110201041; 2016: 173 pages; Indonesian Department; Faculty of Humanities; Universtias Jember.

 

Negeri 5 Menara is one of Ahmad Fuadi’s novels, a writer  who comes from Bukit Maninjau, West Sumatra. Generally, thi novel tells about social life of a community in an Islamic boarding school. Such community is a plural community with various cultures. The cultural differences make some groups in this community come together to cooperate in oder to survive in Islamic boarding school environment. This novel is full of personal and social phenomena that are interesting to discuss.

There ara some problems to discuss in this research. The first is the novel’s narrative structure that develops Negeri 5 Menara. The second is the construction of pluralism as a cultural sign system in the novel by using Peircean semiotics, particularly using the concept of icon, index, and symbol. Icon is the relationship of representamen and its object which has similarity relationship. Index is the relationship of representamen and its object that has cause-effect relationship. Symbol is the relationship of representamen and its object which is conventional relationship.

The third is the dialectical relationship between public school and Islamic boarding school. The goal of this study is to descibe the narrative structure that develops the whole novel, to describe pluralism as a cultural sign system, and to explain the dialectical relationship between public school and Islamic boarding school. Hopefully, the result of this study can be used as the reference to increase perspective and knowledge about social values in literary works.

The method used in this research was a descriptive qualitative method by using structural and semiotic approach. There were some steps in conducting this research. The first was getting data by reading and understanding the novel. The second was describing, processing, and classifying data based on the structural elements that related with semiotic aspects. The was analyzing data using structural approach with the goal to explain the connection of interelements in the novel, including title, theme, characters and characterization, settings, and conflicts. The fourth was analzying the cultural sign system of pluralism in the novel by using Peircean semiotics and drawing a conclusion.

The title, Negeri 5 Menara, indicates the objects that are described as the chosen countries to gain the dream of Alif, Said, Raja, Atang, Dulmajid, and Baso, namely Indonesia, United Kingdom, United States of America, Suadi Arabia, and Egypt. There are five different countries that will be visited by the sixth characters in the novel. As for the tower is the reference of ideal dream. The major theme of Negeri 5 Menara is “seriousness in studying is a key of success”. The minor themes in the novel are “the ups and downs of friendship in gaining dream”,  “the significance of motivation as one of supporting factors in studying”, and “an advice as a base to be able to struggle in studying well”. Alif is the main character who has a round character. Raja, Said, Atang, Baso, Dulmajid, Kyai Rais (a charismatic and senior religious teacher), and Ustadz Salman (a religious teacher) as the supporting characters have a flat character. Settings in the novel include the setting of place, Pondok Madani (the Madani Islamic Boarding School), the setting of life environment, the setting of equipments and time (including morning, afternoon, and night). The conflicts in  the novel are physical and inner conflicts that are experienced dominantly by Alif as the main character.

Plularism in this novel is showed through the diversity of ethnic and cultural backgrounds of the main character and the supporting characters. They also have the differences of character and personality. Nevertheless, when they study at Pondok Madani, they appreciate each other and develop friendship. They support each other to realize each dream, including going abroad to reach their ideals, either in the context of education or employment. They also appreciate other characters who decide to develop Islamic education in Indonesia.

 [:id]RINGKASAN

 

Pluralisme dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi: Suatu Pendekatan Semiotika; Mar’atush Sholihah, 120110201041; 2016: 173 halaman; Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember.

 

Negeri 5 Menara merupakan salah satu novel karya Ahmad Fuadi, seorang penulis yang berasal dari Bukit Maninjau, Sumatera Barat. Secara umum, novel ini menceritakan tentang kehidupan sosial komunitas yang ada di pondok pesantren. Komunitas yang terdapat dalam lingkungan pesantren merupakan komunitas yang beraneka ragam dengan kebudayaan yang bermacam-macam. Perbedaan kultural tersebut membuat sejumlah kelompok komunitas tersebut berkumpul untuk bekerja sama untuk bertahan hidup dalam satu lingkungan yaitu pondok pesantren. Novel ini sangat sarat dengan fenomena-fenomena individu dan sosial yang menarik untuk dikaji.

Terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pertama, struktur naratif yang membangun novel Negeri 5 Menara. Kedua, konstruksi pluralisme sebagai sistem tanda budaya dalam novel dengan menggunakan semiotika Peircean, khususnya dengan konsep ikon, indeks, dan simbol. Ikon merupakan hubungan tanda dengan penandanya yang memiliki hubungan kemiripan. Indeks yaitu tanda dan penandanya memiliki hubungan sebab akibat. Simbol adalah hubungan tanda dan penanda bersifat hubungan konvensional. Ketiga, hubungan dialektis antara sekolah umum dengan pesantren. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan struktur narasi yang membangun novel secara keseluruhan, mendeskripsikan pluralisme sebagai sistem tanda budaya, dan memaparkan hubungan dialektis sekolah umum dan pesantren. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk menambah perspektif dan pengetahuan tentang nilai-nilai sosial yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis struktural dan semiotik. Terdapat beberapa cara dalam melaksanakan penelitian ini. Pertama, mengumpulkan data dengan cara membaca dan memahami novel. Kedua, mendeskripsikan, mengolah, dan mengklasifikasikannya data sesuai dengan unsur-unsur struktural yang terkait dengan aspek semiotik. Ketiga, menganalisis dengan pendekatan struktural yang bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan keterkaitan antarunsur dalam novel tersebut, termasuk judul, tema, penokohan dan perwatakan, serta konflik. Keempat, menganalisis sistem tanda kutlural terkait pluralisme dalam novel dengan menggunakan semiotika Piercian dan membuat kesimpulan.

Judul novel Negeri 5 Menara menunjukkan objek yang digambarkan sebagai negara pilihan untuk meraih cita-cita oleh Alif, Said, Raja, Atang, Dulmajid dan Baso, yakni Inggris, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Mesir. Terdapat lima negara berbeda yang ingin dikunjungi keenam tokoh dalam novel ini. Adapun menara merupakan acuan sebuah impian ideal. Tema mayor novel Negeri 5 Menara yaitu “kesungguhan dalam menuntut ilmu merupakan kunci dari keberhasilan”. Tema minor yang terdapat dalam novel ini adalah “suka duka persahabatan dalam menggapai cita-cita”, “pentingnya motivasi sebagai salah satu faktor pendorong dalam menuntut ilmu” dan “sebuah nasihat yang menjadi landasan untuk berjuang dalam menuntut ilmu dengan baik”. Tokoh Alif merupakan tokoh utama yang memiliki watak bulat. Raja, Said, Atang, Baso, Dulmajid, Kyai Rais dan Ustad Salman yang semuanya memiliki watak datar. Latar yang terdapat dalam novel ini meliputi latar tempat yaitu di Pondok Madani, latar lingkungan kehidupan, latar sistem kehidupan, latar alat dan latar waktu (meliputi, pagi , siang dan malam). Konflik yang terdapat dalam novel ini yaitu konflik fisik dan konflik batin yang sangat dominan dialami oleh tokoh Alif.

Pluralisme dalam novel ini ditunjukkan melalui keragaman latar belakang etnis dan budaya yang berbeda dari tokoh utama dan tokoh pembantu.  Mereka juga memiliki perbedaan watak dan kepribadian. Meskipun demikian, ketika belajar di Pondok Madani, mereka saling menghormati dan mengembangkan persahabatan. Mereka saling mendukung untuk mewujudkan impian masing-masing, termasuk pergi ke luar negeri untuk meraih cita-cita, baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan. Mereka juga menghormati tokoh lain yang memilih untuk mengembangkan pendidian Islam di Indonesia.

 

 

 [:]