Persoalan sastra, film, dan industri kreatif menyangkut persoalan kreativitas dan pangsa pasar. Podcast sebagai bagian dari industri kreatif, marak sejak masa pandemi. Podcast yang menayangkan kisah horor menjadi laris sebagai tontonan, lantaran adanya latar belakang relasi budaya. Sementara itu, budaya lokal menjadi bagian penting yang diekspresikan komunitas sineas di Jember, Gati Jemberan, meskipun harus berstrategi dalam menghadapi dilema idealisme dan komersialisme.
Demikian rangkuman substansi webinar, yang dilaksanakan secara daring atas kerja sama Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia Komisariat Jember (HISKI Jember) dengan Jurusan Sastra Indonesia & Program Studi Televisi dan Film Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB UNEJ), Jurnal Semiotika, Kelompok Riset Pertelaahan Sastra Konteks Budaya (PERSADA), Kelompok Riset Film Studies (FILM STUDIES), Kelompok Riset Media, Budaya, & Gender (MEDAGEN), dan Kelompok Riset Sastra Lisan dan Industri Kreatif (SASTRALIS-INKREA),Sabtu (24/2/2024).
Dalam webinar tersebut, HISKI Jember mengundang Dr. Umilia Rokhani, S.S., M.A. (Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta) dan Dr. Bambang Aris Kartika, S.S.,M.A. (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember). Webinar dipandu oleh moderator Zahratul Umniyyah, S.S., M.Hum., dosen Sastra Indonesia sekaligus anggota HISKI Jember. Pewara Fatmawati dan host Novianti Pratiwi, keduanya mahasiswa FIB UNEJ. Kegiatan webinar dibuka secara resmi oleh Ketua Jurusan Sastra Indonesia FIB UNEJ, Dr. Agustina Dewi Setyari, S.S., M.Hum.
Dalam sambutannya, Agustina Dewi Setyari memberi apresiasi kepada HISKI Jember sekaligus kepada audiens yang tetap setia dan rutin bulanan belajar bersama secara daring. Ditekankannya bahwa dengan belajar bersama melalui webinar, diharapkan terjadi transfer ilmu dan pengetahuan yang update atas dasar hasil-hasil penelitian terbaru. Diungkapkan juga, dengan webinar ini diharapkan dapat dipahami perkembangan karya-karya kreatif, baik karya sastra, film, maupun karya kreatif lainnya. “Persoalan-persoalan idealisme, kapitalisme, dan komodifikasi yang terkait dengan sastra dan film, merupakan persoalan yang tak lekang untuk didiskusikan,” jelas Dewi.
Umilia Rokhani (umilia_erha@yahoo.co.id), dalam paparannya yang berjudul “Karakteristik dan Tren Produksi Kultural dalam Budaya Konsumerisme Podcast Youtube Bergenre Horor di Masa Pandemi” menekankan betapa masa pandemi menjadi momentum munculnya kreativitas berbasis digital. Paparan tersebut disarikan dari hasil penelitiannya terhadap maraknya konten podcast bergenre horor, pada masa pandemi. Perempuan kelahiran Yogyakarta tersebut menyebutkan bahwa banyak channel pembuat konten youtube yang bertema horor, di antaranya channel Kembara Sunyi, Emak Official Channel, Horny Channel, RJL5, dan Prasodjo Muhammad. “Masyarakat Indonesia masih menyukai konten bertema horor,” jelas Umilia, yang menjadi Editor in Chief pada Resital: Jurnal Seni Pertunjukan.
Meskipun banyak channel, Umilia menekankan kajiannya pada dua channel, yakni Kembara Sunyi dan Emak Official Channel, guna mengungkap karakteristiknya. Fenomena tersebut kemudian dikajinya dengan konsep tatanan produksi dan tatanan konsumsi dari Baudrillard. Dijelaskannya bahwa pilihan pemenuhan atas kebutuhan hiburan tidak dibuat secara kebetulan tetapi terkontrol secara sosial karena menggambarkan model budaya masyarakatnya. Dengan demikian, aktivitas konsumsi berupa pilihan-pilihan pemenuhan kebutuhan menyesuaikan dengan pandangan sistem nilai yang berkembang di masyarakat.
Lebih lanjut, Umilia mengungkapkan bahwa dalam channel Kembara Sunyi, data per 15 Mei 2023, (sejak produksi pertama, 7 Juni 2020) telah memiliki 458 produksi konten, yang berbentuk podcast sebanyak 421 video, yang dapat diklasifikasikan dengan 10 kategori, yakni tempat angker, petualangan horor, hantu gentayangan, pengalaman pribadi, kidung, ritual sesat, materi umum, kematian, kolaborasi, dan benda kearamat/keilmuan, dengan 405 ribu subscriber. Sementara itu, data pada Emak Official Channel, hingga 20 Juli 2023 terdapat 42,7 ribu subscriber dengan 277 unggahan video yang terbagi dalam enam kategori, yakni curhatan emak, kawan ghibah emak, rias pengantin, creepy pasta, tempat angker, dan cerita horor narasumber.
Diungkapkan bahwa karakteristik Emak Official Channel menggunakan pola kisah bergosip, sedangkan Kembara Sunyi menggunakan pola cangkrukan, menghadirkan narasumber, hingga story telling, yang berisi kisah nyata. “Banyak penggemar yang mengunjungi kedua channel tersebut. Tema horor memang laris. Hal itu tidak terlepas dari latar belakang budaya. Bahkan, banyak orang Indonesia di luar negeri gemar nonton podcast horor, di antaranya yang ada di Malaysia, Thailand, Hongkong, Taiwan, Turki, Frankfrut, dan Mekkah,” jelas Umilia, yang telah menulis buku Masyarakat, Seni, dan Perkembangan Budaya: Transisi Pandemi Ke Endemi Covid-19 (2022).
Bambang Aris Kartika (bamsliverpudlian@gmail.com), yang memaparkan materi berjudul “Industri Kreatif: Diseminasi Karya Kreatif Komunitas Film dan Potensi Gati Jemberan,” menekankan pentingnya karya kreatif mengangkat budaya lokal. Diungkapkannya bahwa komunitas film di Jember memiliki potensi dan peluang yang besar untuk mengekspresikan budaya di wilayah Tapal Kuda. Lelaki kelahiran Yogyakarta itu mencontohkan komunitas film yang menghidupi dan membersamai industri kreatif film di Jember, di antaranya Koin, Koper, Akasia, NHP (Naik Haji Project), Lakaran, JSN, Empatbelas Project, Enambelas Plus, Kunci Sorot, Akasia Film, Bedadung Film. Sementara itu, komunitas film berbasis kampus, di antaranya Dewan Kesenian Kampus (DKK-FIB UNEJ), Himafisi (PSTF FIB UNEJ), Kolang Kaling (UKM FT-UNEJ), Jantung Teater (FH UNEJ), Teater Oksigen (UNMUH), Himakom (UNMUH), dan Koper (UIN KHAS Jember).
Diungkapkannya bahwa diskursus industri kreatif film selalu diukur dari mulai proses kreativitas hingga penerimaan publik terhadap karya sinema yang telah diproduksi. Dengan mengutip Piliang, disebutkannya bahwa ukuran keberhasilan film di ranah industri kreatif terlihat dari empat aspek penting yang saling inheren, yakni ekspresi, produksi, diseminasi (distribusi), dan apresiasi. “Mekanisme distribusi atau diseminasi tetap merupakan satu dari tiga unsur yang tidak terpisahkan dari kegiatan ekonomi film, yaitu produksi dan konsumsi,” jelas Bambang, yang menulis bab buku “Historiografi Biografi sebagai Sumber Adaptasi Teks Sejarah dalam Film Biopik Soekarno” dalam buku Sanggit Ngudi Kasampurnan (2021)
Kemudian Bambang menjelaskan tentang komunitas Gati Jemberan yang menghadapi persoalan antara potensi kreatif dan diseminasi. Diungkapkan bahwa Gati Jemberan memberikan ruang bagi sineas yang tinggal di Kawasan Tapal Kuda (wilayah Jawa Timur bagian Timur) untuk mengeksplorasi fenomena sosial, antropologi budaya, ritual adat, seni tradisional, agama, hingga isu-isu lingkungan dan agrikultur maupun politik lokal. “Gati Jemberan menghadirkan isu-isu lokalitas, juga melahirkan filmmaker yang khas, unik, genuine sebagai bentuk legitimasi dan eksistensi perfilman daerah di Jember,” jelas Bambang, yang juga menjadi Kepala UPT Percetakan dan Penerbitan UNEJ Press.
Persoalan penting lain yang harus dihadapi sineas di Jember, di antaranya ketika berhadapan dengan dilema komersialisasi dan nonkomersialisasi. Dalam ranah komersialisasi, di antaranya berhadapan dengan ekosistem eksebisi yang memutar film-film pasar, sedangkan dalam ranah nonkomersialisasi, mengarah ke tontonan alternatif dan kualitas film lebih mengarah ke event-event festival. “Terlepas dari persoalan itu, diseminasi film para sineas di Jember berorientasi pada festival film, menggunakan platform Film Freeway, platform online Episcope dan media sosial YouTube, serta strategi diseminasi berbasis project kolaboratif antar komunitas dan masyaraka,” jelas Bambang, yang juga Editor in Chief pada Rolling: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Film, Televisi, dan Media Kontemporer.
Webinar NGONTRAS#31 yang dihadiri 320-an partisipan, dilanjutkan dengan berdiskusi interaktif hingga acara berakhir. Sesi penyerahan sertifikat secara simbolis dilakukan oleh Dra. Titik Maslikatin, M.Hum. kepada kedua narasumber.
Moderator dan pewara menutup acara dengan pantun.Masak sendiri makan sendiri, meski sendiri tetaplah semangat. Terimakasih para pemateri, telah berdiskusi dengan hangat. Lihat bapak memancing ikan, pulangnya membawa sepatu tua. Jika rindu mulai tak tertahankan, tunggulah ngontras tiga puluh dua.
Bagi yang berhalangan bergabung, rekaman zoom dapat disimak ulang melalui HISKI JEMBER OFFICIAL, https://bit.ly/YoutubeHISKIJember.***