Mengenang Penyair “Binatang Jalang”, HISKI Jember Siapkan Webinar Bahas Pemikiran Chairil Anwar

Dalam rangka Webinar rutin bulanan NGONTRAS#9 (Ngobrol Nasional Metasastra ke-9), HISKI Komisariat Jember menyiapkan Seminar Nasional dengan tema Meneruskan Pemikiran Chairil Anwar. Ketika dihubungi, Dr. Heru S.P. Saputra, M.Hum., ketua HISKI Komisariat Jember, menjelaskan bahwa untuk mengenang Chairil Anwar dan mengapresiasi puisi-puisinya, HISKI Komisariat Jember turut ambil bagian, yakni berupaya untuk mengulik semangat dan dedikasi yang telah ditorehkan oleh Chairil Anwar.

Hampir tiap tahun, khususnya bulan April, puisi-puisi penyair legendaris yang dijuluki “Binatang Jalang” (dalam puisi berjudul “Aku”) tersebut diperbincangkan oleh masyarakat sastra. Kenapa April? Karena penyair patriotik itu pergi untuk selamanya pada bulan April, dalam usia yang relatif muda, 27 tahun. Sebagai apresiasi, puisi-puisinya dibacakan dan didiskusikan, baik oleh para akademisi, pecinta puisi, maupun para penyair generasi penerus.

“Chairil Anwar adalah penyair legendaris dan fenomenal yang menjadi salah satu ikon sejarah perpuisian Indonesia. Kita tidak cukup hanya mengapresiasi dan mendiskusikan estetika karya-karyanya. Hal yang tidak kalah penting adalah pemikiran-pemikiran yang terekspresikan dalam puisi-puisi tersebut. Bagaimana pemikiran-pemikiran Chairil Anwar? Apa saja yang perlu ditindaklanjuti oleh generasi penerus? Kita simak saja bersama-sama dalam Webinar,” kata Heru, yang juga dosen di Jurusan Sastra Indonesia FIB UNEJ.

Acara akan digelar kerja sama antara Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia Komisariat Jember (HISKI Jember) dengan Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Univesitas Jember (FIB UNEJ), Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember (UIN KHAS Jember), dan Kelompok Riset Pertelaahan Sastra Konteks Budaya (KeRis PERSADA), Sabtu mendatang (2/4/2022).

Pembicara yang akan menjadi narasumber adalah Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Ph.D., guru besar Fakultas Ilmu Budaya sekaligus Koprodi S-3 Kajian Budaya Universitas Udayana, dan Isnadi, S.S., M.Pd., dosen UIN KHAS Jember, dengan moderator Siswanto, S.Pd., M.A., anggota HISKI Komisariat Jember sekaligus dosen PBSI FKIP UNEJ.

Dari berbagai sumber yang berhasil dihimpun, diketahui bahwa selain menjadi penyair legendaris dan pelopor Angkatan ‘45, Chairil Anwar juga pernah diusulkan menjadi pahlawan nasional. Hal tersebut digagas dan diusulkan oleh sejumlah sastrawan dan budayawan dari Sumatera Barat, sejak 2017. Usulan itu di antaranya didasari oleh pertimbangan atas karya-karya Chairil yang fenomenal. Di sisi lain, kedekatan hubungan Chairil dengan pejuang seperti Sutan Syahrir, Sukarni, dan Khairul Saleh, juga menjadi pendorong agar Chairil berhasil menyandang status pahlawan nasional.

Chairil Anwar yang lahir di Medan, 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949, telah tujuh puluh tiga tahun meninggalkan kita semua. Puisi-puisi Chairil Anwar masa awal banyak merujuk pada kematian. Meskipun demikian, dalam masa yang lain banyak yang mencerminkan semangat patriotisme, pemberontakan, individualisme, hingga eksistensialisme. Puisi-puisinya dinilai oleh para kritikus mampu menciptakan tren baru pemakaian kata dalam berpuisi yang terkesan sangat lugas, solid, dan kuat. Puisi-puisi Chairil menjadi karya yang abadi. Hal itulah yang kemudian diapresiasi oleh Dewan Kesenian Bekasi (DKB) dengan memberikan DKB Award 2007 untuk kategori seniman sastra. Penghargaan tersebut diterima oleh putri Chairil, Evawani Alissa.

Dunia pertama Chairil adalah dunia buku, baru kemudian perempuan. Penyair yang juga pernah menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta ini, memiliki obsesi ke perempuan. Nenek dan ibu adalah perempuan yang dipuja-pujinya. Adapun perempuan lain, di antaranya Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini adalah sebagian obsesi itu. Para perempuan tersebut, tak dapat dipungkiri, menghiasi puisi-puisi Chairil.

Sekadar mengingatkan kembali, puisi-puisi Chairil yang telah mewarnai sejarah Sastra Indonesia dapat disebutkan berikut. Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (1949), Deru Campur Debu (1949), Tiga Menguak Takdir (1950, bersama Asrul Sani dan Rivai Apin), Aku Ini Binatang Jalang (1986), Derai-derai Cemara (1998). Karya-karya terjemahannya, di antaranya Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948, Andre Gide), dan Kena Gempur (1951, John Steinbeck).

Dari puisi-puisi itulah, perlu kita kulik dan teruskan pemikiran-pemikiran Chairil Anwar, demi perkembangan dan pengembangan dunia sastra. Pemikiran-pemikiran yang seperti apa yang perlu kita tindaklanjuti? Akan bijak kalau kita juga menyimak perspektif yang ditawarkan oleh para pembicara atau narasumber. Untuk itu, silakan gabung di Webinar NGONTRAS#9.

Peserta yang akan mengikuti acara NGONTRAS#9, Sabtu, 2 April 2022, pukul 10.00—12.00 WIB (Ruang zoom dibuka pukul 09.30 WIB), tidak perlu mendaftar dan cukup klik pada Join Zoom Meeting: https://bit.ly/NGONTRAS-9, Meeting ID: 981 7302 0691, Passcode: HISKI-09.

Peserta yang sebelumnya belum masuk Grup WA, sekali lagi, yang belum masuk, diharapkan berkenan masuk grup dengan tujuan untuk memudahkan mendapatkan informasi kegiatan NGONTRAS berikutnya, dengan klik https://bit.ly/GRUP-E_NGONTRAS.

Peserta juga dapat mengunjungi Portal HISKI Jember untuk mengunduh secara gratis file buku dan prosiding, dengan klik https://hiskijember.fib.unej.ac.id/. Atau menyaksikan rekaman NGONTRAS sebelumnya melalui Kanal Youtube HISKI JEMBER OFFICIAL dengan klik https://bit.ly/YoutubeHISKIJember.***

Related Posts