[:id]
Satu lagi prestasi yang ditorehkan melalui pena kreatif oleh dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB UNEJ). Puisi berjudul “Kelomang Bercangkang Plastik” karya Dina D. Kusumayanti, bersama empat karya penyair lain, dinobatkan sebagai 5 Puisi Terbaik, melalui tayangan kanal Tribun Jatim https://youtube.com/live/oYpQIgPQwf8 (22/2/2023).
Penobatan 5 Puisi Terbaik dikurasi oleh Prof. Djoko Saryono, Prof. Gufran Ali Ibrahim (Gibra), dan Prof. Manneke Budiman dari buku antologi puisi Tarian Laut: 222 Puisi Maritim (editor Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., dkk., Kanisius, 2023). Puisi sejumlah 222 judul tersebut ditulis oleh 87 penyair yang tergabung dalam organiasasi profesi HISKI, komisariat dari Aceh hingga Papua.
Dari 222 puisi terpilihlah 5 puisi terbaik, yakni “Anak Bajo di Buku Sekolah” (Ari Ambarwati), “Kelomang Bercangkang Plastik” (Dina D. Kusumayanti), “Pou Hari” (Sastri Sunarti), “Di Pantai Ini” (I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani), dan “Tetototame” (Sri Yono). Sebelum terpilih 5 puisi, telah diawali dengan 10 nominasi.
Dina D. Kusumayanti, sebagai salah satu penyair yang puisinya terpilih dalam 5 Puisi Terbaik, memang sejak kecil memiliki kecintaan terhadap alam, sehinga ketika menulis puisi bertema laut, dirinya merasa bisa mendapatkan “getaran” tentang persoalan laut. Perempuan kelahiran Jember ini, kini mengajar di Jurusan Sastra Inggris FIB UNEJ (sejak 1993), sekaligus sebagai Wakil Ketua HISKI Komisariat Jember. Telah banyak perannya dalam mendorong kegiatan teman-teman di HISKI Jember, di antaranya sumbang pemikiran dalam mendesain kegiatan NGONTRAS (Ngobrol Nasional Metasastra) sebagai webinar rutin bulanan.
Dina adalah lulusan S-1 UNEJ (1992), S-2 Macquarie University, Sydney (1998), dan S-3 UGM (2015). Mengampu mata kuliah Creative Writing, Poetry, dan Teen and Children’s Literature. Menjadi koordinator Kelompok Riset (KeRis) Teen and Children’s Literatures, di tingkat jurusan. Memiliki pengalaman sebagai pembicara dalam berbagai konferensi, baik di dalam maupun luar negeri, termasuk konferensi internasional tentang creative writing (2011). Fokus penelitiannya adalah sastra anak, dan saat ini sedang mengerjakan penelitian tentang literasi kelautan (ocean literacy) dalam buku sastra anak.
Bagaimana proses kreatif Dina D. Kusumayanti? Bagaimana pula inspirasi yang menyentuh kreativitasnya sehingga tercipta puisi “Kelomang Bercangkang Plastik”? Berikut hasil obrolan melalui komunikasi WhatsApp.
Bagaimana latar belakang Anda tentang penulisan kreatif?
Sejak SMP saya senang menulis puisi. Puisi menjadi sebuah alat untuk berdiskusi dengan diri sendiri, untuk ber-soliloquy. Karena saat itu saya termasuk tipe introvert, maka kontemplasi dan soliloquy menjadi efektif untuk memahami fenomena di sekitar saya. Saat menulis puisi adalah saat saya mencoba mencari jawaban atas keingintahuan dari benak kecil yang belum sepenuhnya terisi saat itu. Kebiasaan ini berlanjut sampai dewasa dan saat ini saya termasuk middle age kebiasaan menulis puisi utk menumpahkan hasil soliloquy ini terus berlanjut.
Apakah selama ini sering menulis puisi?
Sering menulis puisi, tetapi belum pernah menerbitakannya di media atau buku. Sebetulnya ingin membuat anotologi puisi, tetapi belum terlaksana karena perlu perencanaan yang baik.
Tema apa saja puisi-puisi yang selama ini telah dihasilkan?
Sejak kecil saya terpapar oleh pengalaman berinteraksi dengan alam. Senang cebur-ceburan di sungai yang saat itu airnya jernih, bermain dengan undur-undur di gudang tembakau, atau ngasak di ladang kacang tanah, ladang jagung, juga ladang kedelai. Persahabatan dengan alam di masa kecil tersebut semakin terpupuk saat saya menjadi anggota Kelompok Pecinta Alam Swapenka di Fakultas Sastra Universitas Jember tahun 1980-an (kini bernama FIB). Jadi, ruang imajinasi saya tentang alam semakin terisi dan semuanya dengan getaran yang menyenangkan. Tetapi semakin dewasa, tema alam lebih digayutkan dengan tema religius karena keberadaan manusia tidak akan lepas dari alam dan religiusitas. Tema alam pun sekarang cenderung bergerak ke arah maritim.
Bagaimana inspirasi yang muncul hingga tercipta puisi yang dikirim ke Tim Editor Antologi?
Saya mengirim dua puisi. Puisi yang bertema maritim dengan getaran yang lebih serius, kritis, dan dialogis, sedangkan puisi kedua lebih bertema maritime romantik. Inspirasi saya ambil dari ruang repertoire yang terbangun selama 5 tahun terakhir, yakni saya dan kolega peneliti di Jurusan Sastra Inggris FIB UNEJ melaksanakan penelitian di bidang maritim terutama yang berkaitan dengan Ocean Literacy (literasi kelautan) yang memiliki 7 prinsip. Jadi, ketika ada permintaan artikel dan puisi maritim saya tinggal mencabuti pengetahuan, imajinasi, persoalan maritim yang terngiang-ngiang dalam benak saya. Dari dua puisi yang dikirim hanya puisi “Kelomang Bercangkang Plastik” yang dikurator. Tentang puisi tersebut saya mendapat inspirasi dari persoalan limbah plastik yang semakin mengganggu eksistensi daratan, laut, dan area pesisir.
Bagaimana perasaan Anda ketika puisinya masuk sebagai 5 puisi terbaik?
Saat nama saya masuk dalam nominasi 10 puisi yang terpilih di antara 222 puisi dalam antologi Tarian Laut (Kanisius, 2023), saya tidak percaya. Karena ratusan puisi yang lain sangat bagus. Saya mengikuti secara streaming ruang tutur dialog para juri tentang proses pemilihan nomine dan penjurian. Kriterianya sangat ketat dan para kuratornya pun tidak main-main. Beliau bertiga adalah para profesor di bidang sastra, linguistik, dan budaya. Jadi, ketika puisi saya termasuk dalam 5 puisi terbaik dari antologi Tarian Laut, saya sangat bersyukur.
Apa harapan ke depan terkait karya-karya kreatif?
Saya ingin membukukan puisi-puisi saya yang berserakan di mana-mana. Proses pembukuan ini semacam proyek pendisiplinan diri dan perapihan ruang berpikir. Semoga buku antologi saya kelak berterima bagi para penyair, kurator, dan penikmat puisi Indonesia. Saya juga berharap penulisan puisi dapat menjadi sebuah budaya perilaku agar masyarakat mendapat media penyaluran dan ekspresi.***
[:]