Istilah-Istilah dalam Perkebunan Kopi di Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember: Tinjauan Semantik

RINGKASAN

 

Istilah-Istilah dalam Perkebunan Kopi di Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember: Tinjauan Semantik; Evita Sari, 120110201031; 2016: 68 halaman; Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universiatas Jember.

 

Sejak zaman Belanda Kawasan ujung Timur Jawa Timur dikenal sebagai sentra perkebunan kopi. Wilayah ini juga menjadi basis perkebunan kopi terbesar di Indonesia dengan jumlah 123 kebun kopi, yang tersebar di Kabupaten Jember, Bondowoso, Banyuwangi, dan Situbondo. Perkebunan-perkebunan ini didirikan sejak tahun 1900 sampai 1967. Sebagian besar, kini menjadi perkebunan milik negara, swasta, dan sebagian kecil lainnya merupakan perkebunan milik rakyat. Salah satu daerah di Kabupaten Jember yang membudidayakan kopi adalah Dusun Gendir, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi. Masyarakat yang berada di Desa Klungkung Mayoritas etnik Madura, jadi penggunaan istilah-istilah pembudidayaan kopi yang berada di perkebunan Kalijompo Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi menggunakan bahasa Madura. Dalam penelitian ini muncul masalah yang dibahas adalah bentuk-bentuk istilah yang digunakan dalam Perkebunan Kopi di Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember dan penafsiran makna istilah-istilah yang digunakan dalam Perkebunan Kopi di Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember. Tujuan penelitian ini ialah mendeskripsikan bentuk-bentuk istilah yang digunakan dalam Perkebunan Kopi di Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember dan mendeskripsikan penafsiran makna yang digunakan dalam Perkebunan Kopi di Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember.

Metode penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode cakap dengan teknik dasar pancing, peneliti menggunakan teknik pancing agar narasumber terpancing untuk berbicara, sehingga dapat memberikan data-data yang diharapkan. Sebagai teknik dasar, teknik cakap juga mempunyai teknik lanjutan yaitu teknik cakap semuka karena penelitian ini melakukan percakapan dengan cara berhadapan langsung dengan informan.  Selain kedua teknik lanjutan di atas,  metode cakap ini juga mempunyai teknik lanjutan teknik catat dan teknik rekam. Selanjutnya, metode analisis data yang digunakan adalah metode padan referensial. Setelah itu, peneliti mengidentifikasi istilah tersebut merupakan bentuk dasar atau bentuk turunan. Peneliti juga mengidentifikasi istilah tersebut berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau frasa. Peneliti mengidentifikasi bentuk istilah tersebut dengan menggunakan metode agih. Teknik yang digunakan ialah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan distribusional. Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan dilengkapai metode informal yaitu menyajikan dianalisis dengan menggunakan tanda/lambang dan rangkaian kata-kata biasa atau melalui susuna kalimat.

Istilah-istilah yang digunakan pada penanaman kopi di Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember, terdiri atas beberapa tahap, yaitu (1) tahap pembibitan, (2) tahap pemeliharaan, (3) tahap pemanenan, dan (4) tahap pengolahan. Tahapan tersebut dikaji berdasarkan kata asal, kata berimbuhan dan Frasa. Istilah-istilah dalam perkebunan kopi terdiri atas beberapa bentuk, yaitu (1) bentuk kata asal di antaranya yaitu; klon, blak, yiyit, entres, stum, gombor, celaṭṭong, landuk, ladding, buthok, kecro’, ortotrop, plagiatrop, jombret, nuko’, panjeng, are’, gunteng, ajir, kesrik, gulma, komes, raget, leles, salter, waker, mandur, sinder. oven, huller, waser, mile, tampeh, tomang,  areng, peteteng, co’bekal, ghâmbhir, ancak  dan roko’. (2) bentuk kata berimbuhan di antaranya yaitu; guludan, nyeram,ngangsel, aḍeḍer, arao, ebegghe, nyambung, lobengan, ngecap, ngirem, (3) bentuk yang berupa frasa diantaranya yaitu: meto deun,  mata sesse’, Wiwil trobusen, Rora’ gondang-gandong, Jombrèt total, Jombrèt bulan-bulan, Jombrèt lare’an. petek bobok, sortasi biji gelondong, petek besar, kopi gelondong, kopi rombong,  mandor besar, tajhin potè, tajhin mèra, palappa gennak dan jhâjân macem pètto’.

 

 

Leave a Reply