Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB UNEJ) kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Dalam ajang International Conference on Research and Education in Humanities and Social Sciences 2025, para dosen dan mahasiswa FIB sukses meraih penghargaan Gold, Silver, dan Bronze Awards di tengah persaingan ketat lebih dari 300 peserta dari berbagai negara
Konferensi ini menjadi ajang adu inovasi dan kreativitas para akademisi dunia dalam bidang pendidikan, budaya, teknologi, dan masyarakat. Namun, delegasi dari FIB UNEJ tampil menonjol dengan gagasan yang tidak hanya kuat secara akademis, tetapi juga berakar pada konteks lokal Indonesia dan semangat pemberdayaan masyarakat.
Penghargaan tertinggi, Gold Award, diraih oleh tim Romdhi Fatkhur Rozi, Mochamad Ilham, dan Wajihuddin lewat penelitian “From Harvest to Roasting”. Riset ini memberdayakan petani kopi Panduman, Jember, agar mandiri secara ekonomi melalui penguasaan seluruh proses produksi—dari panen hingga pemanggangan.
Tak kalah membanggakan, sejumlah dosen dan mahasiswa FIB juga menyabet Silver Awards. Di antaranya Ulil Lauhul Mahfudah dengan model pembelajaran menulis berbasis gamifikasi, Nurhadianty Rahayu yang mengembangkan pendekatan eco-learning dalam pendidikan bahasa, serta Ghanesya Hari Murti dengan gagasan kritisnya tentang pentingnya mengembalikan “suara manusia” dalam era pembelajaran digital.
Penghargaan perak lainnya juga diraih oleh Zahratul Umniyyah dkk. yang memanfaatkan sastra sebagai media literasi gender, Ni Luh Ayu Sukmawati dengan pembelajaran film berbasis deep learning, Krisnanda Theo Primaditya yang mengembangkan metode pengajaran sejarah di perguruan tinggi, serta Dewik Untarawati yang memperkenalkan digital storytelling untuk pembelajaran sejarah di sekolah dasar.
Tak berhenti di situ, FIB juga menorehkan Bronze Awards. Rifa’i Shodiq Fathoni menciptakan platform digital untuk pembelajaran sejarah yang interaktif, Hat Pujiati memperkenalkan Abracadabra Pocketbook sebagai metode belajar berbasis proyek yang ramah lingkungan, dan Rinda Handayani bersama Tasya Aisyah Ramadhania menggagas pembelajaran sejarah pertanian untuk menumbuhkan kesadaran akan pertanian berkelanjutan.
Dekan FIB UNEJ, Prof Nawiyanto, menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian tersebut.
“Capaian ini menunjukkan bahwa ilmu budaya bukan hanya soal teori dan teks, tapi tentang aksi nyata membangun masyarakat yang sadar, berdaya, dan berbudaya,” ujarnya. Dengan semangat From Local Wisdom to Global Impact, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember terus menjadi ruang lahirnya ide-ide segar yang menumbuhkan kepedulian, memperkuat identitas lokal, dan menjawab tantangan global.

