[:id]Dalam rangka Webinar rutin bulanan NGONTRAS#10 (Ngobrol Nasional Metasastra ke-10), HISKI Komisariat Jember menyiapkan Seminar Nasional dengan tema Dinamika Budaya Using. Ketika dihubungi, Dr. Heru S.P. Saputra, M.Hum., ketua HISKI Komisariat Jember, menjelaskan bahwa sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya Using, HISKI Komisariat Jember turut ambil bagian, yakni berupaya untuk mengulik budaya Using berdasarkan pandangan orang Using sendiri. “Selama ini budaya Using sering diperbincangkan oleh orang luar. Kali ini, oleh orang Using sendiri.”
Budaya Using merupakan salah satu budaya di wilayah Banyuwangi yang merepresentasikan genealogi Blambangan. Istilah “Using” (atau sering juga ditulis Osing atau Oseng) berarti ‘tidak/bukan’. Istilah tersebut memiliki rangkaian historis sebagai warisan Kerajaan Blambangan. Mengulik budaya Using berarti pula mengulik Banyuwangi dan Blambangan. Meskipun demikian, di wilayah Banyuwangi juga berkembang budaya Jawa dan Madura.
Acara akan digelar kerja sama antara Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia Komisariat Jember (HISKI Jember), Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Univesitas Jember (FIB UNEJ), Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember (FKIP UM Jember), dan Kelompok Riset Tradisi Lisan dan Kearifan Lokal (KeRis TERKELOK), Sabtu mendatang (21/5/2022).
Pembicara yang akan menjadi narasumber adalah Ir. Wowok Meirianto, M.T., Ketua Komunitas Osing Pelestari Adat Tradisi [KOPAT] Banyuwangi dan Owner Waroeng Kemarang Banyuwangi (sebuah destinasi wisata kuliner dengan daya tarik seni budaya), dan Dr. Puji Wahono, S.E., M.A., dosen FISIP Universitas Jember. Moderator adalah Edy Hariyadi, S.S., M.Si., sedangkan pewara Zahratul Umniyyah, S.S., M.Hum., keduanya anggota HISKI Komisariat Jember sekaligus dosen Sastra Indonesia FIB UNEJ.
Dari berbagai sumber yang berhasil dihimpun, diketahui bahwa khazanah budaya Using cukup beragam, mulai dari ritual (Barong Ider Bumi, Seblang, Kebo-keboan), seni pertunjukan (Janger, Praburara), seni tari (Gandrung, Padhang Ulan, Cengkir Gading, Jaranan Buto, Kuntulan), seni musik (Patrol, Kendang Kempul, Angklung, lagu daerah Banyuwangen), seni batik (Gajah Oling, Paras Gempal, Sekar Jagad, Kangkung Setingkes, Mata Ayam), hingga karya-karya seni yang lain.
Peristiwa budaya yang belum lama ini berlangsung, di antaranya adalah ritual Barong Ider Bumi di Desa Kemiren dan ritual Seblang di Desa Olehsari. Kemiren merupakan ikon desa wisata Using. Barong Ider Bumi sebagai ritual sakral masyarakat adat Kemiren dilaksanakan pada hari kedua lebaran Idul Fitri. Inti dari ritual tersebut berupa arak-arakan Barong keliling desa. Tujuan ritual adalah untuk keselamatan dan keharmonisan masyarakat desa.
Ritual Seblang berlangsung di Desa Olehsari dan Kelurahan Bakungan, sehingga dikenal sebagai Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan. Inti ritual Seblang berupa tarian sakral, dengan penari dalam kondisi kesurupan (ndadi, trance). Seblang Olehsari dirayakan beberapa hari setelah Idul Fitri, dengan pelaksanaan siang hari selama tujuh hari. Penunjukan penari dilakukan secara mistis melalui prosesi kejiman. Pelaku penari adalah perempuan belia.
Ritual Seblang Bakungan dilaksanakan beberapa hari setelah Idul Adha. Dilaksanakan di Kelurahan Bakungan selama satu hari, pada malam hari. Penunjukan penari dilaksanakan secara musyawarah adat. Pelaku penari adalah perempuan uzur. Baik penari Seblang Bakungan maupun Seblang Olehsari haruslah memiliki garis keturunan adat. Mereka Using deles (‘Using sekali, Using asli’).
Selain itu, ada juga ritual Keboan di Desa Aliyan dan Kebo-keboan di Desa Alasmalang. Ritual yang bertujuan untuk menolak balak, mengharap kesuburan tanah, dan panen yang berlimpah tersebut dilakukan oleh para “kebo” (‘kerbau’) dan Dewi Sri. “Kebo” adalah para lelaki pelaku ritual dalam kondisi kesurupan. Inti ritual berupa arak-arakan para “kebo” dan satu Dewi Sri keliling desa. Ritual tersebut dilaksanakan pada bulan Suro (Asyura, Muharram).
Dari berbagai sumber juga diketahui bahwa budaya Using mengalami dinamika seiring perkembangan zaman. Sangat akrab dalam telinga kita terkait ikon Using atau Banyuwangi bahwa dulu nyantet (santet), kini ngenet (berinternet). Banyuwangi juga dikenal sebagai The Sunrise of Java. Jangan lupa juga bahwa Banyuwangi adalah kota festival. Dari tahun ke tahun (kecuali saat pandemi), sejak Bupati Abdullah Azwar Anas, hingga kini Bupati Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, selalu berlimpah dengan kegiatan festival, yang dikemas dalam tajuk Banyuwangi Festival. Tahun 2022 ini ada 99 even yang telah dimulai sejak Februari hingga Desember 2022.
Using atau Banyuwangi ternyata begitu beragam. Lalu seperti apa sebenarnya budaya Using itu? Bagaimana pula dinamikanya kini? Apa saja keunikan-keunikannya? Mari kita simak paparan tentang budaya Using menurut perspektif orang Using. Dalam webinar ini, para pembicara dan moderator adalah sama-sama Laros (Lare Osing, Orang Using). Kalau biasanya budaya Using dibicarakan oleh orang-orang luar, kali ini orang Using sendiri yang akan membincangkan tentang dirinya. Untuk itu, silakan gabung di Webinar NGONTRAS#10.
Peserta yang akan mengikuti acara NGONTRAS#10, Sabtu, 21 Mei 2022, pukul 10.00—12.00 WIB (Ruang zoom dibuka pukul 09.30 WIB), tidak perlu mendaftar dan cukup klik pada Join Zoom Meeting: https://bit.ly/NGONTRAS-10, Meeting ID: 851 7849 0624, Passcode: HISKI-10.
Peserta yang sebelumnya belum masuk Grup WA, sekali lagi, yang belum masuk, diharapkan berkenan masuk grup dengan tujuan untuk memudahkan mendapatkan informasi kegiatan NGONTRAS secara berkelanjutan, dengan klik https://bit.ly/GRUP-E_NGONTRAS.
Peserta juga dapat mengunjungi Portal HISKI Jember untuk mengunduh secara gratis file buku dan prosiding, dengan klik https://hiskijember.fib.unej.ac.id/. Atau menyaksikan rekaman NGONTRAS sebelumnya melalui Kanal Youtube HISKI JEMBER OFFICIAL dengan klik https://bit.ly/YoutubeHISKIJember.***[:]