Yudisium sarjana sastra dan magister Fakultas Sastra Universitas Jember periode 4 tahun akademik 2015/2016 Fakultas Sastra Universitas Jember banyak didominasi oleh wanita. Sebanyak 37 yudisi yang terdaftar 25 didadalamnya adalah wanita dan 12 sisanya adalah laki-laki. Dominasi prestasi yudisi dengan predikat dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi dan lulusan tercepat juga diraih oleh wanita, bahkan yang mendampingi keduanya adalah semua wanita. Bulan April adalah bulan prestasi wanita yang didalamnya adalah hari emansipasi wanita “KARTINI”. Demikian disampaikan oleh Dekan Fakultas Sastra Universitas Jember dalam sambutannya pada Upacara Yudisium Sarjana dan Magister Periode IV Tahun Akademik 2015/2016 pada hari Kamis, 14 April 2016 di Aula Fakultas Sastra Universitas Jember.
Dekan Fakultas Sastra, Dr. Hairus Salikin, M.Ed merasa bangga dan bersyukur melepas 34 alumni Sarjana Sastra yang terdiri 7 orang lulusan Sastra Inggris, 21 orang lulusan Sastra Indonesia, 5 orang lulusan, 1 orang lulusan Progran Studi Televisi dan Film dan 3 orang lulusan Magister Linguistik. Meneruskan apa yang disampaikan wakil mahasiswa bahwa jangan dilihat hasil akhir studi saudara tetapi lihatlah bagaimana proses saudara dalam menyelesaikan studi. Hairus berpesan supaya kehadiran saudara dalam kehidupan dapat memberikan manfaat seraya berkata “dengan kehadiran saudara di tengah masyarakat antara ada dan tiadanya saudara supaya bisa memberikan manfaat, dalam arti hadirnya saudara dimasyarakat akan selalu memberikan manfaat, dan ketiadaan saudara didalam masyarakat akan selalu dikenang kemanfaatannya.” Ilmu yang kami berikan mungkin belum seberapa tetapi kami berharap hasil studi saudara selama di Fakultas Sastra akan memberikan bekal hidup saudara dimasyarakat.
Lulusan terbaik dengan IPK 3,67 dari lulusan Ilmu Sejarah diraih oleh generasi Kartini 2016, Mamik Winarsih dengan lama studi 4 tahun 4 bulan 20 hari. Mamik Winarsih berjuang menyelesaikan studinya dengan sangat berat, diceritakannya dihadapan para yudisi bagaimana dia harus menyelesaikan studi sambil bekerja ditengah ekonomi keluarga yang kurang mampu. Dia sadara bahwa satu-satunya jalan penelitian skripsinya yang harus dia lakukan yaitu harus ke ibukota Jakarta tentu tidaklah mudah ditengah perekonomian keluarga yang kurang, dia berjuang terus sambil bekerja dan dengan tekad yang kuat untuk bisa menyelesaikan studi tanpa harus mengandalkan biaya dari orang tua. Lebih berat lagi manakala dia harus rela ditinggalkan ayahanda dan kakak tercintanya yang dipanggil Tuhan. Ditengah kegalauan perekonomian keluarga ditambah sang penopang kehidupan keluarganya harus meninggalkannya, dia jadikan sebagai kekuatan untuk segera menyelesaikan studinya serta bertekad membalikkan waktu untuk membangun kembali kehidupan perekonomian keluarganya dia berhasil menyelesaikan studi dan menjadi yang terbaik sebagai lulusan dengan IPK tertinggi dan tepat waktu adalah sebuah perjuangan yang cukup berat baginya. Mamik berpesan kepada koleganya dengan memetik kata-kata bijak Mahatma Gandhi:
“Pendidikan jangan dilihat dari hasil akhirnya, tetapi lihatlah bagaimana dia melakukan prosesnya sehingga dia berhasil”
“Pendidikan adalah proses belajar, dan belajar merupakan pengalaman. Dalam pengalaman hal yang paling sering terjadi adalah kegagalan yang akan membuat kita belajar mencapai kesuksesan”.
[:]