[:id]Andi Asmara dari Balai Bahasa Jawa Timur di hari kedua (23/10) penyuluhan penggunaan bahasa media luar ruang mengajak peserta berdiakusi bagaimana pembentukan istilah dan unsur serapan.
Sebelum di balai bahasa, Andi banyak berkiprah di media cetak, Jawa Pos. Andi berasal dari Probolinggo, tidak jauh dari candi Jabung, Probolinggo. Andi lebih sering berkomunikasi dengan keluarganya menggunakan bahasa Jawa. Walaupun Andi juga sadar, hidup di dunia yang global tidak bisa menutup diri dari bahasa asing seperti bahasa Inggris. Pengaruh globalisasi terlebih pada generasi millenial, walaupun pengaruh bahasa Inggris, Andi tetap mengajarkan komunikasi dengan keluarganya menggunakan bahasa daerah.
Berbicara bahasa, Andi bercerita saat awal menulis masih menyadari kelogisan bahasa dan masih banyak tata bahasa yang salah. Andi mengisahkan bagaimana tulisannya yang dulu sering ditolak. Kesalahan pilihan kata dan ejaan sering dilakukan penulis pemula. Ejaan bahasa itu merupakan kemampuan dasar dalam menulis. Kalau diksi dan pilihan kata itu tidak ada salahnya.
Andi menegaskan bahwa bahasa menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Tidak banyak bangsa yang bahasanya dari serapan bahasanya sendiri. Kita punya potensi kebahasaan yang tidak dimiliki bangsa lain. Bagitu juga denga budaya.
Andi menggambarkan betapa hebatnya negara India, namun ternyata akar kebahasaan negara India justru bukan dari India. Banyak serapan kebahasaannya berasal dari bahasa Inggris.
Bicara pelafalan, Andi menyampaikan bahwa pelafalan tidak bisa dibakukan. Itu karena adanya pengaruh pelafalan bahasa daerah.
Download dan upload, dengan serapan rasa bahasa Indonesia menjadi unduh dan unggah.
Kesantunan seseorang dapat dilihat dari bahasa, dan bahasa Jawa, Madura, Sunda, Bali dan bahasa daerah di Indonesia kaya akan kosa katanya. Maka kita harus bangga dengan bahasa Indonesia yang serapannya dari bahasa daerah.
Gerha atau griya dalam kamus besar adalah rumah atau istana. Graha artinya buaya. Jadi kalau ada Binagraha di Jakarta artinya buaya-buaya besar ada di Jakarta. Grahadi di Surabaya artinya buaya-buaya berkumpul di Surabaya. Grahapena di Jawa Pos artinya buaya-buaya penulis ada di Jawa Pos, canda Andi.
Sementara Dr. Arief Riadi, M.Si, M.Pd dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan Universitas Jember mengajak peserta untuk memahami kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Efektif, yang dimaksud adalah tepat guna, mudah difahami dan yang dibayangkan baik oleh penulis maupun pembaca.
Kalimat sendiri merupakan suatu kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Berbicara tentang kalimat dalam bahasa ruang terbuka, Arief berpendapat kalimat itu mudah difahami dan tidak ambigu.
Kalimat dalam ruang terbuka seperti peringatan, himbauan, atau apapun bentuknya dapat mudah dibaca dan di fahami oleh pembuatnya maupun siapapun pembacanya.
Dokumentasi: download
[:]