Pelatihan PFA di UNEJ: Sinergi dan Apresiasi untuk Kesejahteraan Mahasiswa

Pada Senin, 22 September 2025, Universitas Jember (UNEJ) melalui Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran (LPPMP) menyelenggarakan Pelatihan Psychological First Aid (PFA) di Kampus Vokasi UNEJ, Jubung. Pelatihan di buka oleh Prof. Dr. Iis Nur Asyiah, S.P., M.P. dan ditutup oleh ketua LPMPP UNEJ, Prof. Dr. Ermanto Fahamsyah, S.H., M.H.

Pelatihan ini bertujuan untuk membekali tenaga kependidikan dan petugas keamanan di lingkungan UNEJ dengan keterampilan dasar dalam memberikan pertolongan psikologis pertama kepada mahasiswa. Pelatihan ini diikuti oleh satu tenaga kependidikan dan satu petugas keamanan dari 16 unit kerja, termasuk fakultas, pascasarjana, unit teknis, dan unit pelayanan lainnya.

UNEJ memandang pentingnya pelayanan PFA sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi dan menangani gejala dini pada mahasiswa, seperti kecenderungan untuk menyendiri atau sering mengeluh. Penanganan cepat ini diharapkan dapat mencegah trauma, stres, dan akibat fatal lainnya. Oleh karena itu, UNEJ memprioritaskan PFA melalui tiga tahapan penting yang diajarkan dalam pelatihan: Look (mengamati dan mengenali tanda-tanda berbahaya), Listen (mendengarkan keluhan tanpa menghakimi), dan Link (menghubungkan individu dengan sumber daya atau bantuan profesional yang diperlukan).

Pelatihan ini menghadirkan dua narasumber ahli dari Universitas Muhammadiyah: Panca Kursistin Handayani, S.Psi., MA. dan Januariya Laili, S.Psi., M.Psi. Keduanya membekali peserta dengan materi dan studi kasus praktis mengenai tiga prinsip dasar PFA: Look, Listen, dan Link.

Untuk mengukur pemahaman peserta, panitia mengadakan pretest dan post-test. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman para peserta. Apresiasi khusus diberikan kepada Hasan Bisri, perwakilan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, yang meraih skor terbaik. Atas prestasinya, ia mendapatkan doorprize dari panitia.

Pelatihan ini tidak hanya menjadi bekal penting bagi Hasan Bisri dan seluruh peserta, tetapi juga menegaskan komitmen UNEJ dalam membangun ekosistem akademik yang peduli dan suportif bagi seluruh civitas akademika. Langkah proaktif ini diharapkan dapat menjadi fondasi yang kuat untuk menciptakan lingkungan kampus yang aman, nyaman, dan kondusif bagi tumbuh kembang mahasiswa.

Apa itu PFA dan Mengapa PFA Penting?

Psychological First Aid (PFA), atau Pertolongan Pertama Psikologis, adalah sebuah pendekatan untuk memberikan dukungan praktis dan non-invasif kepada individu yang sedang mengalami stres akibat peristiwa sulit, seperti krisis, darurat, atau trauma. PFA berfokus pada memperkuat dan memberikan dukungan psikologis segera setelah peristiwa terjadi, dengan durasi yang singkat dan bukan untuk penanganan jangka panjang.

Penerapan PFA menjadi krusial di lingkungan universitas karena seringkali mahasiswa menghadapi berbagai tekanan akademik, sosial, dan pribadi yang dapat memicu stres. Penanganan PFA diperlukan untuk:

  • Pencegahan Dini: Mengidentifikasi gejala awal stres atau masalah mental sebelum berkembang menjadi kondisi yang lebih parah.
  • Dukungan Cepat: Memberikan bantuan segera kepada mahasiswa yang membutuhkan, sehingga mereka merasa didengarkan dan didukung.
  • Jalur Rujukan: Menghubungkan mahasiswa dengan tim profesional, seperti psikolog atau psikiater, jika masalah yang dihadapi memerlukan penanganan lebih lanjut.

UNEJ telah membentuk tim penanganan dan konsultasi yang terdiri dari para profesional (psikolog, dokter, psikiater) serta dosen dan mahasiswa yang telah terlatih untuk memberikan pencegahan dan penanganan dini.

Mengenal Sistem Informasi Konseling Akademik (SISKA)

SISKA UNEJ adalah sebuah aplikasi yang dibuat oleh Universitas Jember untuk memfasilitasi proses konseling bagi mahasiswa. Aplikasi ini berfungsi sebagai pusat informasi dan layanan terintegrasi yang memudahkan mahasiswa untuk mengakses layanan konsultasi dan konseling secara mudah dan aman.

Aplikasi SISKA UNEJ memungkinkan mahasiswa untuk melakukan konseling dengan:

  • Dosen Wali: Mahasiswa dapat berkonsultasi mengenai masalah akademik dan personal dengan dosen pembimbing akademiknya.
  • Psikolog: Untuk masalah yang lebih kompleks, mahasiswa bisa mendapatkan jadwal dan layanan konseling profesional dari psikolog yang disediakan oleh universitas.

Dengan SISKA, Universitas Jember menegaskan komitmennya untuk tidak hanya berfokus pada pendidikan akademik, tetapi juga pada kesejahteraan mental dan emosional seluruh civitas akademika.

Skenario Kasus

Seorang petugas keamanan atau tenaga kependidikan (peserta pelatihan) mendapatkan studi kasus seorang mahasiswa sedang berada di lantai 7 sebuah gedung di kampus. Ia melihat seorang mahasiswa laki-laki duduk sendirian di tepi jendela, tampak sangat murung dan gelisah. Mahasiswa tersebut terlihat memandang ke bawah dan sesekali menghela napas panjang. Peserta menduga bahwa mahasiswa tersebut sedang mengalami tekanan psikologis berat dan berpotensi melakukan tindakan berbahaya.

Penerapan PFA (Look, Listen, Link)

1. Look (Mengamati)

Tahap pertama ini berfokus pada pengamatan yang cermat dan cepat untuk memahami situasi serta mengidentifikasi kebutuhan individu tanpa interaksi langsung.

  • Amati Situasi: Peserta harus memastikan keamanannya sendiri dan orang di sekitar terlebih dahulu. Jangan langsung mendekat dengan cara yang mengancam atau mengejutkan. Amati apakah ada orang lain di dekatnya, atau benda yang bisa digunakan untuk memojokkan diri.
  • Identifikasi Tanda Bahaya: Peserta mengamati tanda-tanda yang mengarah pada tindakan berbahaya:
    • Posisi Tubuh: Mahasiswa duduk di tepi jendela, posisi yang sangat berisiko.
    • Ekspresi Wajah: Wajah terlihat murung, kosong, atau tegang.
    • Perilaku: Duduk sendirian, mengabaikan lingkungan sekitar, tidak ada interaksi sosial.
  • Identifikasi Kebutuhan: Meskipun belum berinteraksi, peserta dapat berasumsi bahwa kebutuhan utama mahasiswa saat ini adalah keamanan fisik, dukungan emosional, dan ruang yang aman untuk berbicara.

2. Listen (Mendengarkan)

Setelah mengamati dan situasi dirasa aman, peserta harus mendekat dengan tenang dan memulai komunikasi yang suportif. Tujuannya adalah membangun kepercayaan dan memberikan ruang bagi mahasiswa untuk berbagi tanpa dihakimi.

  • Dekati dengan Tenang: Peserta mendekat secara perlahan dan tenang, menjaga jarak yang tidak membuat mahasiswa merasa terancam.
  • Mulai Percakapan: Gunakan kalimat pembuka yang non-intrusif, misalnya, “Selamat siang, saya lihat Anda di sini sendirian. Apa ada yang bisa saya bantu?” atau “Saya lihat kamu seperti sedang ada masalah. Mau ngobrol sebentar?”
  • Dengarkan Tanpa Menghakimi: Biarkan mahasiswa berbicara. Jika ia mulai bercerita tentang masalahnya (tekanan akademik, masalah keluarga, dll.), dengarkan dengan penuh perhatian.
    • Jangan Memotong: Biarkan ia menyelesaikan ceritanya.
    • Jangan Memberi Solusi Tergesa-gesa: Hindari mengatakan “Semua akan baik-baik saja” atau “Jangan sedih.” Hal ini bisa membuat mahasiswa merasa perasaannya diremehkan.
    • Validasi Perasaan: Gunakan kalimat seperti, “Saya bisa mengerti rasanya sangat berat” atau “Terima kasih sudah mau berbagi.” Hal ini menunjukkan empati.

3. Link (Menghubungkan)

Tahap terakhir adalah menghubungkan mahasiswa dengan bantuan profesional yang dapat menangani masalahnya secara lebih mendalam. PFA bukanlah pengganti terapi, melainkan jembatan menuju bantuan profesional.

  • Identifikasi Sumber Daya: Peserta harus tahu ke mana harus merujuk. Di UNEJ, sumber daya yang ada adalah tim penanganan profesional (psikolog, dokter, psikiater) dan aplikasi SISKA.
  • Tawarkan Bantuan Konkret:
    • “Saya tahu ini sulit, tapi ada tim profesional di kampus yang bisa membantu. Mau saya temani untuk ke sana?”
    • “Kita bisa mencoba menghubungi tim konseling di SISKA. Mereka sangat ahli dalam hal ini.”
  • Jaga Keamanan Fisik: Selama proses Link, pastikan mahasiswa tetap berada di tempat yang aman. Jika situasinya sangat darurat (mahasiswa masih di tepi jendela), peserta harus segera memanggil bantuan darurat dari tim keamanan atau pihak berwenang kampus.
  • Tindak Lanjut: Setelah terhubung dengan tim profesional, pastikan ada tindak lanjut. Peserta dapat memastikan bahwa mahasiswa telah sampai ke tempat yang aman dan mendapatkan penanganan yang dibutuhkan.

Dengan menerapkan tiga prinsip dasar Look, Listen, dan Link, peserta pelatihan dapat memberikan respons cepat dan efektif yang tidak hanya mencegah bahaya fisik, tetapi juga memulai proses pemulihan psikologis bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan.

Kesan dan Pesan Hasan Bisri: “PFA Bukan Sekadar Pelatihan, Tapi Keterampilan Hidup”

Sebagai peserta dengan skor terbaik, Hasan Bisri dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember berbagi kesan mendalamnya tentang Pelatihan Psychological First Aid (PFA) yang diikutinya. Baginya, pelatihan ini bukan hanya sekadar acara formal, tetapi sebuah pengalaman berharga yang membuka wawasan baru.

“Pelatihan PFA ini sangat luar biasa dan relevan dengan kondisi di kampus saat ini,” ungkap Hasan. Ia mengaku awalnya datang dengan sedikit pengetahuan tentang pertolongan psikologis. Namun, setelah mengikuti seluruh sesi yang disampaikan oleh para pemateri, ia merasa mendapatkan bekal yang sangat penting.

“Saya jadi sadar bahwa masalah mental di kalangan mahasiswa itu nyata dan butuh penanganan cepat. Prinsip ‘Look, Listen, dan Link’ itu sangat praktis dan mudah diingat,” lanjutnya. Menurut Hasan, kemampuan untuk mengamati tanda-tanda, mendengarkan tanpa menghakimi, dan menghubungkan dengan bantuan profesional adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang di lingkungan kampus, terutama bagi tenaga kependidikan dan satpam yang sering berinteraksi langsung dengan mahasiswa.

Ia berharap, bekal yang didapatnya tidak hanya berhenti di ruang pelatihan. “Pesan saya, semoga pelatihan semacam ini bisa diadakan secara rutin dan menjangkau lebih banyak orang di Universitas Jember. PFA bukan sekadar pelatihan, tapi keterampilan hidup yang bisa menyelamatkan nyawa dan masa depan seseorang,” tutupnya dengan penuh semangat.