Workshop Tendik: Makna BLU ke PTNBH, Kinerja Berdasarkan Kontribusi dan Parameter yang Terukur

Batu, 14 September 2024

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Prof. Sukarno, M.Litt membuka Workshop Pengembangan Tenaga Kependidikan Melalui Optimalisasi Pelayanan Kepada Civitas Akademika di Hotel Zam-Zam, Batu.

Workshop tersebut diikuti semua tenaga kependidikan baik KTU, wakil koordinator, juga CS, waker dan tenaga pengamanan.

Sukarno menekankan kepada semua Tendik untuk dapat menyerap informasi dan ilmu terkait pelayanan tenaga kependidikan yang akan disampaikan oleh Wadek2 FIB-UB. “Bagaimanapun kita sebelumnya adalah bagian dari UB, istilahnya saudara tua walaupun Pak Nanang ini pernah menjadi mahasiswa saya,” terangnya.

oppo_2

Workshop ini sengaja kita laksanakan di Batu, tidak hanya untuk penyegaran tetapi kita ingin belajar bagaimana pengalaman dan informasi yang telah dilaksanakan oleh FIB-UB dari BLU ke PTNBH.

Makna Kampus menuju Badan Layanan Umum menurut Wadek2 FIB-UNEJ, Nanang Endrayanto, M.Sc adalah kesetaraan fungsional antara dosen dan tenaga kependidikan. Sementara BLU menuju PTNBH adalah dimana semua penganggaran dan pembiayaan dilakukan secara mandiri oleh PT.

Nanang menyampaikan kalau di UB dengan adanya SIREKA-UB, sistem penganggaran dan pembiayaan lebih mudah.

“Di FIB-UB tuntutan untuk dosen akan lebih terfokus pada Tri Dharma, sementara tugas administrasi akan menjadi tugas dari tenaga kependidikan,” terangnya.

Menurut Nanang, dimana UNEJ yang sudah BLU dan juga akan menuju PTNBH, Ia mendorong Tendik FIB-UNEJ supaya menyiapkan diri untuk memberikan kinerja yang lebih baik. “Jabatan itu tidak lagi akan menjadi patokan untuk mendapatkan remun yang tinggi tetapi akan diukur dengan capaian IKU dan Indikator Kinerja Tambahan (IKT). Nanang katanya merasakan betapa efisiensinya dimanan semuanya diukur berdasarkan parameter yang diukur.

oppo_2

Standar pelayanan menurut Nanang sudah menjadi kewenangan dari Wadek2 termasuk Pak Dwi Haryanto. Hal-hal yang perlu diperhatikan dimana setiap perubahan itu tidak ada yang langsung mengenakkan. Pastinya dalam perubahan itu ada yang baik dan ada yang tidak. Nanang mengatakan untuk melakukan perubahan itu harus dilakukan dengan solid. Nanang juga menekankan pentingnya penggunaan software yang berlisensi, dan itu dibutuhkan komitmen dan biaya yang tidak sedikit.

Menjawab pertanyaan Wadek2, Dwi Haryanto sebagai pelecut semangat teman-teman Tendik. “Bagai

Nanang menjawab perubahan BLU ke PTNBH memang problemnya yang perlu dihadapi adalah dimana perlu kesiapan tingkat Egaliter, karena diukur dari kinerja dan parameter IKU. Saran Nanang adalah menyediakan akses penilaian dari luar Fakultas. Enakan mana perubahan BLU dengan PTNBH? Menurut Nanang dibandingkan dengan PTNBH ya memang lebih enak dan mudah BLU. “Dalam 2 tahun perubahan ke PTNBH memang lebih berat,” ungkapnya.

Dalam prosesnya, fakultas yang cepat dalam kompetensi perubahannya mendapatkan reputasi yang lebih. “Ya, semua ada parameternya, ada evaluasinya, kami juga melakukan kunjungan ke UI, ke LN seperti Singapura, Malaysia untuk belajar bagaimana kinerja Tendik di PTNBH,” tutupnya.

Related Posts