Universitas Jember Diajak Restorasi Arsip Desa

Menjadi seorang mahasiswa dan sebagai seorang peneliti sejarah tidak akan lepas dari dokumen dan arsip karena dokumen dan arsip adalah sumber dari sejarah. Demikian dikatakan Prof. Drs. Nawiyanto, M.A, Ph.D kepada mahasiswanya dalam pelatihan pengguna arsip (7/8) di Aula Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember. 

Nawi mengibaratkan sebagai seorang peneliti sejarah seperti Tarzan yang berada di hutan belantara, maka sumber arsip ibarat belantara. Kita jangan sampai menjadi Tarzan yang tersesat di hutan belantara. Sumber arsip sebagai rumah para peneliti sejarah jangan sampai tersesat di dunia arsip. Nawi meyakinkan para mahasiswa bahwa untuk membuat karya tulis sejarah dalam bentuk skripsi akan lebih cepat diselesaikan oleh mahasiswa dengan tekun membaca dan mengunjungi arsip, boleh jadi hanya dalam waktu dua sampai tiga minggu, sumber-sumber dokumen yang dibutuhkan dalam skripsi cepat didapatkan. Itu bila dibandingkan dengan melakukan wawancara dengan tokoh atau narasumber, kata Nawiyanto. 

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Prof. Dr. Akhmad Sofyan, M.Hum menyatakan pentingnya disiplin mengelola arsip dengan baik. Akhmad Sofyan menjelaskan bahwa konsekuensi kearsipan adalah berkenaan dengan pertanggungjawaban keuangan. Dekan Fakultas Ilmu Budaya tersebut mengajak kepada pengguna arsip di instansinya jangan mempunyai kewenangan yang lebih ketika meminjam arsip. Sudah menjadi ketentuan sebagai penyedia arsip untuk mengikuti aturan yang ketat dalam peminjaman arsip. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember itu mengapresiasi dinas kearsipan Jawa Timur dan memandang perlu dilakukan kerjasama dalam peningkatan SDM kearsipan dan penataan arsip yang lebih baik.

Pelatihan pengguna arsip di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur itu sebagai program dinas terkait untuk memberikan pelayanan kepada akademisi dalam pencarian sumber dokumen. 

Kepala Bidang Perpusda Jatim Tidor Arif mengatakan arsip hakekatnya dibuat untuk digunakan sebagai kepentingan praktis organisasi sehingga sudah semestinya organisasi terkait berperan melestarikannya. Namun demikian banyak pihak yang menghendaki adanya penghapusan arsip. Tidor berharap peran dari seluruh elemen masyarakat terutama kepada mahasiswa dan peneliti untuk turut aktif menjadi pengawal dan penyelamat arsip. Tidor berpendapat bahwa ada saja yang menghendaki pemusnahan arsip, sementara nyaris tidak ada lembaga atau organisasi atau LSM yang melakukan pengontrolan terhadap kearsipan. 

Tidor mengajak mahasiswa untuk ikut berperan aktif dalam pengontrolan arsip, tantangan dari kearsipan sendiri diantaranya adalah pemusnahan arsip, oknum penimbangan arsip dan kerusakan arsip. Melalui pelatihan kepada mahasiswa jurusan Sejarah ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan gambaran bagaimana mahasiswa dan para peneliti lebih mudah mengakses arsip dan bersama dapat melestarikan dan mempertahankan arsip yang berkualitas.

Tidor menggambarkan bahwa selain arsip sejarah dan arsip kedinasan yang sedang dikembangkan badan kearsipan Jawa Timur adalah arsip-arsip gambar teknik dan melalui koordinator Pak Bowo, badan Kearsipan Jawa Timur sedang merestorasi kembali arsip-arsip desa.

Jembatan Ampera di Palembang ketika dilakukan rekonstruksi ulang mengalami kesulitan karena kurangnya dokumen dan arsip sehingga untuk merekonstruksinya dibutuhkan beberapa kali kunjungan ke Belanda yang biayanya bahkan lebih besar daripada membuat ulang jembatan Ampera. Maka sebuah jejak dokumen dan arsip jangan sampai menjadi inspirasi onggokan tetapi harus menjadi inspirasi motivasi.

Melalui retorasi arsip desa, Tigor mengajak mahasiswa dan peneliti dari Universitas Jember untuk menjadi mitra tersusunnya kembali arsip desa yang berkualitas melalui kegiatan magang mahasiswa atau bisa juga dengan riset bersama melalui program yang dilakukan Universitas Jember. Melalui program tersebut, Dinas Kearsipan Jawa Timur siap mengirimkan tenaganya untuk membantu melakukan restorasi arsip di desa-desa binaan Universitas Jember. Tigor menyampaikan bahwa lebih kurang 8.501 kearsipan desa dan lebih dari 2000 lembar dalam keadaan rusak perlu dilakukan restorasi arsip termasuk diantaranya desa-desa di wilayah Jember dan sekitarnya.

 

 

 

 

Leave a Reply