Shobibah Turrohma

 

ABSTRAK

Penelitian ini mengungkap representasi kekuasaan oleh Abaraham Lincoln sebagai karakter utama di film Lincoln. Untuk mengungkap representasi kekuasaan oleh Lincoln, penelitian ini menerapkan teori Analisa Wacana yang di kombinasikan dengan Systemic Functional Linguistics berfokus pada analisa transitiviti, mood dan modaliti oleh Halliday (1994). Teori kekuasaan oleh Fairclough (1989) juga diterapkan untuk mengetahui kekuasaan yang direpresentasikan oleh Lincoln dalam film ini. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif yang menerapkan metode penelitian campuran. Data penelitian ini berupa subtitle film Lincoln yang berfokus pada negosiasi antara Lincoln dan kabinetnya dan Lincoln dan anggota partai demokrat untuk melegalkan amandemen ke 13. Dari klausa-klausa yang telah dipilih dalam dialog Lincoln, Lincoln merepreesntasikan kekuasaanya melalui pemilihan bahasa yang dia gunakan dalam negosiasi tersebut. Representasi kekuasaannya terlihat melalui penggunaan dominan process yaitu process material. Menggunakan process tipe ini, Lincoln merepresentasikan dirinya sebagai pelaku yang mampu bertindak pada orang lain dan hal-hal lain. Dalam kaitannya dengan analisa mood, mood deklaratif sebagai dominan mood membuat Lincoln sebagai pemberi informasi dan menempatkan orang lain sebagai penerima informasi. Dalam penggunaan mood deklaratif ini, Lincoln lebih banyak mendeklarasikan tindakannya terhadap perbudakan dan informasi tentang perbudakan, amandemen dan para pemberontak. Dalam kaitannya dengan dominan modaliti, Lincoln lebih banyak menggunakan modaliti yang menunjukkan kemungkinan dalam pernyataannya. Melalui pemilihan bahasanya, Lincoln merepresentasikan kekuasaanya sebagai president untuk mempengaruhi orang lain untuk mendukung amandemen ke 13.

Kata kunci: representasi kekuasaan, analisa wacana (DA), Systemic Functional Linguistics (SFL), analisa transitiviti, analisa mood dan modaliti, teori kekuasaan.

Leave a Reply