Lolos Kurasi oleh Gol A Gong, Karya Mahasiswa FIB UNEJ Dinobatkan sebagai Fiksi Mini Terbaik

Satu lagi prestasi yang ditorehkan melalui pena kreatif oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB UNEJ) berupa karya sastra genre fiksi mini atau fiksi kilat (flash fiction). Karya berjudul “Merawat Kentang” yang ditulis oleh Heni Fitriani, mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia FIB UNEJ semester III tersebut lolos kurasi oleh Gol A Gong (Duta Baca Indonesia) dan dinobatkan sebagai fiksi mini terbaik nasional. Pengumuman ditayangkan melalui kanal Youtube https://youtu.be/WPYRg828VEM (16/11/2022).

Gol A Gong, selain dikenal sebagai Duta Baca Indonesia, juga penulis novel Balada Si Roy dan 125 karya fiksi lainnya. Dirinya menjadi narasumber dalam “Pelatihan Menulis Fiksi Mini Bersama Duta Baca Indonesia” secara daring melalui platform zoom meeting, yang diselenggarakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul Wathan (FKIP UNW) Mataram bekerja sama dengan SIP Publishing. Pelatihan tersebut ditindaklanjuti dengan kompetisi penulisan fiksi mini bagi peserta.

Fiksi mini, fiksi kilat, atau cerita mini (cermin) merupakan genre prosa yang lebih pendek daripada cerita pendek (cerpen). Pada umumnya, jumlah kata dalam fiksi mini antara 100 hingga 250 kata. Genre yang lebih pendek dari fiksi mini adalah cerpen tiga paragraf (pentigraf). Sesuai namanya, karya tersebut hanya terdiri atas tiga paragraf, dengan masing-masing paragraf yang pendek. Kecenderungan berkembangnya karya dengan pola pendek tidak dapat dilepaskan implikasinya dari perkembangan media sosial dan budaya instan.

Terkait kompetisi fiksi mini, setiap peserta hanya boleh mengirimkan maksimal 3 judul naskah. Dalam Grup WA yang menjadi sarana komunikasi antara panitia, kurator, dan peserta, diumumkan ada 346 nama yang telah mengirim naskah. Namun tidak dijelaskan berapa judul naskah yang masuk. Jika semua peserta tersebut mengirim dengan jumlah maksimal, sebagaimana yang dilakukan Heni, maka didapatkan lebih dari 1000 karya masuk ke panitia yang siap diseleksi.

Akhirnya, total yang lolos kurasi ada 474 judul karya fiksi mini. Dari jumlah itu, diambil enam terbaik. Terbaik ke-6 adalah fiksi mini berjudul “Racun Tikus” (Mega Anindyawati), terbaik ke-5 “Kerbau Menjerit” (Lorensius), terbaik ke-4 “Menunggu Hujan Reda” (Rokhyati), terbaik ke-3 “Kamar Nomor 13” (Bunga Ramona), terbaik ke-2 “Tas” (Sarastuti Sa), dan terbaik ke-1 adalah “Merawat Kentang” (Heni Fitriani).

Heni, gadis kelahiran Banyuwangi, 13 Januari 2003, mengirim tiga naskah fiksi mini dan ketiga-tiganya lolos kurasi, yakni “Merawat Kentang”, “Berantas”, dan “Demam”. Anak tunggal dari keluarga tidak mampu, dengan profesi orang tua sebagai petani dan kadang buruh tani tersebut, merasa bangga sekaligus terharu atas terpilihnya fiksi mini karyanya sebagai fiksi mini terbaik.

Bagaimana pengalaman proses kreatif dalam menulis fiksi mini? Berikut wawancara melalui WA dengan Heni Fitriani.

Apakah selama ini Anda sudah sering menulis karya fiksi?

Sejujurnya saya masih belum sering menulis, baik cerpen maupun fiksi mini. Selama ini (ketika SMA) saya hanya menulis cerita untuk memenuhi tugas dari guru. Setelah saya mengenal dan mulai membaca cerita di platform Wattpad serta mengalami beberapa peristiwa kurang mengenakkan dengan teman-teman, mulai muncul keinginan untuk menceritakan pengalaman tersebut ke dalam cerita yang memungkinkan dapat dibaca dan disukai oleh banyak orang.

Semenjak itu, setiap ada tugas menulis kreatif, saya mulai percaya diri menceritakan pengalaman pribadi, tentunya dibumbui dengan imajinasi. Di samping itu, saya juga beberapa kali mencoba untuk menulis cerita di platform Wattpad, namun masih belum ada cerita yang terselesaikan. Saya sempat berhenti karena merasa terlalu lelah. Sebab, selain perkuliahan yang mulai dilaksanakan secara luring, ada pekerjaan di tempat kos yang harus saya lakukan, sehingga waktu luang banyak saya gunakan untuk beristirahat dan menyelesaikan tugas perkuliahan.

Tetapi, tiba-tiba ada semacam angin segar yang dibawa oleh salah satu dosen saya, pengampu mata kuliah Sastra Populer, bahwa ada salah satu jenis cerita yang dapat dikisahkan secara ringkas, yakni “cermin” atau cerita mini (fiksi mini). Beliau menyarankan para mahasiswa untuk mengikuti pelatihan dan lomba menulis fiksi mini yang diselenggarakan kerja sama antara FKIP UNW Mataram dan SIP Publishing dengan narasumber Duta Baca Indonesia, Gol A Gong.

Saya rasa event ini cocok untuk saya yang ingin terus menulis cerita namun sering kali tidak sempat merenung dalam jangka waktu lama demi mencari ide. Akhirnya saya mengikuti pelatihan yang dilaksanakan melalui zoom dan mulai memikirkan ide cerita yang akan saya tulis untuk diikutkan lomba setelah itu. Event ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk mengirimkan 3 karyanya.

Saya berpikir 3 karya ini dapat saya tema-kan sesuai dengan karya sastra yang ada, yakni pertentangan untuk membela kaum proletar (menjadi fiksi mini berjudul “Merawat Kentang”), kritik terhadap pemerintah (“Berantas”), dan cerita yang berisi percintaan (“Demam”).

Alhamdulillah, keberuntungan sepertinya memang sedang berpihak kepada saya. Ketiga fiksi mini saya lolos kurasi, dan karya saya yang berjudul “Merawat Kentang” dipilih sebagai cerita “Terbaik 1”. Cerita terbaik yang dipilih berjumlah enam, yakni cerita “Terbaik 1” hingga “Terbaik 6”. Semua karya yang lolos kurasi, selanjutnya diterbitkan menjadi buku fiksi mini bersama karya Gol A Gong.

Terima kasih saya ucapkan kepada Allah SWT, kedua orang tua, dosen saya (maaf, tidak saya sebut nama, khawatir beliau kurang berkenan), Gol A Gong, FKIP UNW Mataram, SIP Publishing, dan semua teman saya.

Apa motivasi Anda dalam mengikuti sayembara penulisan fiksi mini bersama Gol A Gong?

Motivasinya, saya ingin mencoba untuk mengeluarkan karya saya bukan sebagai pemenuhan tugas kuliah saja, tetapi untuk mulai dikenal orang banyak. Saya juga merasa bahwa fiksi mini ini sangat menarik, karena kita dituntut untuk menulis seringkas mungkin dengan membawa cerita yang mengandung plot twist dengan semenarik mungkin.

Bagaimana inspirasi dan proses kreatif dalam penulisan fiksi mini yang Anda ikutkan dalam lomba tersebut?

Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, peserta diperbolehkan untuk mengirimkan 3 cerita. Saya berusaha untuk menulis cerita-cerita yang mengandung pembelaan terhadap kaum proletar, kritik terhadap pemerintah, dan kisah cinta yang selalu menghiasi kehidupan remaja seperti saya.

Untuk cerita “Merawat Kentang”, sebenarnya saya ingin mempertemukan anak kecil yang malang dengan seseorang yang kaya dan sombong sehingga terlihat kesenjangan antara kaum borjuis dan kaum proletar. Namun, saat saya menulis cerita tersebut, tiba-tiba mengalir saja ide sebagaimana cerita yang akhirnya jadi itu.

Untuk “Berantas”, saya sebenarnya sering merasa geram dengan penanganan tindak korupsi yang sering kali terasa lunak. Bahkan pelaku korupsi yang dipenjara masih diberikan fasilitas mewah. Padahal tindakan tersebut sudah jelas-jelas merugikan masyarakat luas. Oleh karena itu, dalam cerita tersebut saya buat semua pelaku korupsi mati dibunuh.

Ide untuk cerita “Demam” baru saya temukan di hari terakhir pengumpulan karya fiksi mini. Sore itu saya mengikuti kelas Gender, Bahasa, dan Sastra dengan ditemani rintik hujan sejak saya berangkat hingga pulang. Sore itu saya memayungi dan mengantar pulang teman yang sedang sakit. Itu ide ceritanya.

Bagaimana rasanya ketika mengetahui bahwa fiksi mini yang Anda kompetisikan menang dan menjadi “Terbaik ke-1”?

Sebenarnya saya sempat mengira bahwa urutan yang ditampilkan pada video pengumuman pemenang di youtube (https://youtu.be/WPYRg828VEM) itu sudah merupakan peringkat. Maka saya simpulkan bahwa fiksi mini karya saya tidak termasuk ke dalam 6 cerita terbaik. Tetapi saya baru sadar bahwa daftar itu ternyata diurutkan sesuai dengan abjad nama pengirim. Akhirnya, saya menunggu giliran nama-nama dengan huruf awal H ditampilkan, sesuai dengan nama saya, Heni. Saya sudah merasa senang sekali saat mengetahui bahwa ketiga fiksi mini saya lolos proses kurasi.

Namun, saya tetap saja terus menonton video tersebut hingga tiba di bagian pengumuman 6 cerita terbaik. Saya sudah tidak memiliki harapan saat ditampilkan urutan “Terbaik 3”. Sebab saya mengira kalaupun fiksi mini saya lolos, kemungkinan besar masuk ke peringkat harapan.

Tetapi saya tetap menonton video tersebut. Sampai akhirnya dimunculkan fiksi mini “Terbaik 1” dan judul serta nama saya mengikuti setelahnya. Saya kaget bukan main. Rasanya tangan saya sampai gemetar dan panas dingin. Saya langsung memberitahukan kemenangan tersebut kepada Ibu saya, masih dengan perasaan tidak percaya dan tidak menyangka.

Apa harapan ke depan terkait karya kreatif yang telah Anda hasilkan?

Saya berharap karya saya dapat memberikan manfaat kepada banyak orang, baik dari nilai moral maupun sisi hiburannya. Dengan karya tersebut, saya ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa kuliah di Jurusan Sastra Indonesia adalah pilihan yang hebat. Di sini, saya dapat menghasilkan karya yang tidak hanya ditulis secara asal dan sekenanya, tetapi juga melalui pertimbangan manfaatnya bagi pembaca.

Related Posts