Halal Bihalal Keluarga Besar Fakultas Ilmu Budaya

Senin, 18 Juli 2018

KH.M.Busthomi

Bertempat di aula Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jember, Dekanat bersama para sesepuh, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta mahasiswa FIB saraya saling maaf memaafkan dalam acara “Halal Bihalal”. Setiap manusia pasti malekukan kesalahan dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah bisa saling memaafkan atau mengakui kesalahanannya dengan bertaubat secara lahir dan bathin. Demikian konsep yang dilakukan di FIB setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa ramadhan untuk kembali ke fitrahnya sebagai pengemban amanah dalam menjalankan roda aktifitas memberikan pelayanan kepada mahasiswa dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Pengasuh Pondok Pesantren Gunung Malang Sumberjambe Jember, KH. Muhammad Bustomi menyampaikan dalam tausiahnya makna dari “Halal Bihalal” yang terkandung dalam makna katanya adalah menghalalkan atau memaafkan kesalahan saudaranya (orang lain) dan meminta halal atau meminta dimaafkan atas kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat. KH. M Bustomi mencontohkan 3 taulada Rosululloh SAW yang tentu saja perlu kita terapkan dalam kehidupan, yaitu:

  1. Menyambung famili “Silaturrohim”
  2. Memaafkan orang yang telah berbuat salah kepada kita, walaupun kita tidak melakukan kesalahan
  3. Memberikan makanan kepada orang yang tidak pernah memberikan makanan kepada kita

Menjalin tali silaturrohim baik kepada kerabat maupun kepada tetangga dan teman adalah perbuatan yang dicontohkan oleh Rosululloh SAW, bahkan dalam Al-Quran, Allah telah memerintahkan kepada umatnya untuk menyambung tali persaudaraan dan melarang memutus persaudaraan. Dikisahkan bahwa setiap hari Rosulullah berjalan melewati rumah orang musrik dan setiap lewat beliau selalu diludahi oleh orang musrik tersebut, suatu ketika Rosulullah berjalan dan tidak didapati orang musrik itu meludahinya, sehingga beliau bertanya kemana gerangan si orang musrik tersebut, dikatakan bahwa orang musrik yang meludahinya sedang sakit. Beliau bukannya marah tetapi heran dan pada akhirnya beliau mengunjungi si musrik dengan membawa buah tangan (buah), si musrik tidak kalah heran kenapa Rosulullah justru mengunjunginya dan memaafkan perbuatannya. Rosulullah juga menganjurkan kepada sahabatnya untuk memberikan makanan kepada tetangganya walaupun tetangga tersebut belum pernah memberikan makanan kepadanya.

 

 

Related Posts

Leave a Reply