TORON TOMPA’AN TRADISI KEPEMIMPINAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL: STUDI KASUS NELAYAN MADURA DI PANARUKAN

Diah Ismoyo Wati
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang
Pos-el: dee_mnizzz@yahoo.co.id

Abstrak
Berbasis penelitian lapangan, artikel ini mendiskusikan prinsip kepemimpinan maritim komunitas nelayan Madura di Panarukan, Situbondo, Jawa Timur. Komunitas ini memiliki tradisi unik yang disebut toron tompa’an. Dalam tradisi ini, juragan laut akan merasa malu dan memutuskan mengundurkan diri ketika dia gagal memperoleh ikan yang banyak, khususnya tongkol. Meskipun untuk memperoleh posisi tersebut membutuhkan kerja keras dan mekanisme ketat, ia memutuskan mundur karena kegagalan mendapatkan tangkapan yang banyak berarti ia sebagai pemimpin tidak bisa memberikan kehidupan yang layak bagi anak buah dan juragan darat (pemilik kapal). Bagi konteks Indonesia, tradisi mundur dalam toron tompa’an akan memberikan pelajaran yang bagus bagi elit politik dan pemerintah yang tidak pernah memiliki tradisi mundur ketika membuat kesalahan fatal dalam menjalankan kepemerintahan. Lebih jauh, tradisi tersebut akan menjadi nilai yang cocok untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik dan demokratis.

Kata kunci: komunitas nelayan Madura, Panarukan, toron tompa’an

Related Posts

Leave a Reply