Penggunaan Jargon di Terminal Tawang Alun Jember (Kajian Sosiolinguistik)

Penggunaan Jargon di Terminal Tawang Alun Jember (Kajian Sosiolinguistik); Sholehudin Aziz, 090110201002; 2016; 60 halaman; Jurusan Sastra Indoensia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember

 

Penelitian penggunaan jargon di Terminal Tawang Alun Jember menggunakan jenis penelitian kualitatif. Metode dalam penelitian ini ada beberapa tahap antara lain (1) pengumpulan data, (2) penganalisan data, (3) penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data menggunakan Teknik Simak Libat Cakap dan Teknik Catat, proses pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti terlibat dialog langsung dalam hal ini, peneliti dapat “memancing” agar data yang diinginkan muncul dengan cara mengarahkan pembicaraan pada topik-topik tertentu. Teknik Cata yang dilakukan dengan mencatat segala bentuk data yang diperoleh. Dengan teknik ini, peneliti mencatat hasil observasi yang berupa data di dalam sebuah catatan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa jargon di Terminal Tawang Alun Kabupaten Jember terdiri atas  beberapa bahasa, yaitu jargon dari bahasa Jawa tanpa ada pengaruh unsur bahasa lain, jargon dari bahasa selain bahasa Jawa. Jargon ini bisa berasal dari bahasa Indonesia yang berkaitan dengan ajakan atau mengajak, bahasa Madura beberapa istilah yang berkaitan dengan keadaan, dan bahasa Inggris untuk istilah keberangkatan kendaraan.

Proses pembentukan dan makna jargon ada empat yaitu: Kata, Frase, Singkatan, dan Akronim. Jargon berupa kata, di antaranya kata dasar, jargon dengan bentuk utuh, jargon ini tidak mengalami perubahan sama sekali dari bentuk asalnya, seperti pada kata ngetem, deleh, bangkong, dan yook. Kata berimbuhan, jargon yang mendapat sufik-an, seperti kata cacis dan nyawon menjadi cacisan dan nyawonan. Kata ulang jargon dengan bentuk pengulangan baik seluruh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak, seperti pada kata cimuk-cimuk, umel-umel, kiri-kiri dan ngepres-ngepres. Kata ini berasal dari bahasa Jawa. Kata majemuk jargon dengan bentuk morfem dasar yang didalamnya mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis seperti pada kata ngisi bensin.

Jargon berupa frase, jargon dengan bentuk gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non-predikat seperti pada kata kacep asoy, ngalup bus, dan joker semburat.

Jargon berupa singkatan, jargon dalam bentuk singkatan yang dipendekkan terdiri atas satu huruf atau lebih, seperti pada kata otw kependekan dari “on the way”. Jargon ini berasal dari bahasa Inggris.

Jargon berupa akronim, jargon dengan bentuk morfologi berupa penanggalan satu atau beberapa leksem yang menjadi bentuk kata baru, seperti pada kata makau yang artinya “manusia tembakau”, makidur artinya “mari kita tidur” dan sikon artinya “situasi dan kondisi”.

Ada dua fungsi jargon yaitu sebagai berikut.

  1. Sebagai Bahasa yang Mudah

Dilihat dalam berbagai penelitian mengenai jargon ditemukan bahwa bahasa ini digunakan selama operasi sebagai alat komunikasi dan informasi yang faktual, ringkas dan jelas.

Contoh: (1). Kata ngetem makna jargon artinya “menunggu penumpang sambil istirahat” (2). Kata ngeblong dalam makna jargon artinya “penumpang bus yang sedang kosong”.

  1. Sebagai Identifikasi Kelompok Tertentu

Kemampuan untuk memahami dan menggunakan jargon dalam sebuah kelompok tertentu merupakan label identifikasi dan menunjukkan bahwa penutur tersebut layak berada dalam kelompok tersebut. Meskipun jargon memainkan peranan legitimasi, namun dalam prakteknya istilah jargon tersebut sering pula mengalami penyalahgunaan oleh kalangan tertentu yang memnggunakan jargon untuk tujuan menyesatkan orang lain.

Contoh: (1). Kata Nyawonan dalam makna jargon artinya “melihat pertarungan ayam hujan” (2). Kata Makidur dalam makna jargon artinya “mari kita tidur”.

 

 

 

Related Posts

Leave a Reply