Kunjungan MGMP Kabupaten Lumajang

Kunjungan MGMP Kabupaten Lumajang

Pendidikan karakter building tidak hanya mengajarkan siswa unggul dalam pendidikan tetapi juga unggul dalam karakter dan budi pekerti. Hal ini disampaikan Nindya, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB-UNEJ) ini berani menunjukkan perubahan pada dirinya setelah mengikuti pendidikan karakter building.

Nindya meyakinkan pentingnya pendidikan karakter building, kepada Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dari Lumajang (17/5) dalam kunjungannya ke FIB-UNEJ. Sugiyono, ketua MGMP Lumajang yang juga Ketua Cabang Dinas Pendidikan Kota Lumajang mengaku sangat bangga dapat mengajak MGMP melakukan sharing karakter building dengan mahasiswa FIB-UNEJ. Sebagai motor penggerak pendidikan, MGMP siap melakukan yang terbaik bersama FIB-UNEJ dalam mendidik dan membangun karakter putra-putri terbaik bangsa.

Nindya merasa bersyukur telah mendapatkan pendidikan karakter building. Pribadi saya yang asalnya kurang tertib dalam melaksanakan sholat. Setelah mengikuti pendidikan karakter building saya sudah tertib sholat 5 waktu, kata Nindya. “Bahkan dalam proses pendidikannya, Nindya mampu menjadi salah satu mahasiswa berprestasi dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,76”, terang Wisasongko.

Kunjungan MGMP LumajangMGMP adalah organisasi internal guru-guru dalam mengembangkan teknik pembelajaran serta menanamkan karakter luhur bangsa kepada generasi bangsa. “Penanaman karakter tidak hanya melihat kepatuhan siswa terhadap guru di sekolah, tetapi bagaimana siswa mampu mendisiplinkan dirinya baik dengan lingkunan sekolah, lingkungan rumah, maupun masyarakat”, kata Wakil Dekan III, Wisasongko.

Wisasongko mengatakan, yang terpenting lagi adalah siswa mampu mendisiplinkan dirinya dengan waktu.  Mampukan siswa disiplin dengan jam pelajaran, jam istirahat dan waktu-waktu dirinya dalam menjalankan kewajiban dengan sesama maupun kewajiban dalam menjalankan ibadah kepada Tuhannya. Wisasongko juga memaparkan indikator-indikator dalam penilaian karakter siswa. Digambarkan dengan angka 5 sebagai penilaian dengan karakter terbaik dan angka 1 sebagai penilaian karakter terburuk. Selain itu, Wisasongko juga memberikan gambaran penilaian karakter yang didasari dengan catatan prioritas penanganan masing-masing siswa.

 

Related Posts

Leave a Reply