Abdi Dalem dan Abdi Negara: Identitas Ganda Seniman-Priyayi Kemlayan Surakarta 1950-an-1970-an

Heri Priyatmoko
Kolumnis Solo Tempo Doeloe di Media Massa
Pos-el: heripri_puspari@yahoo.com

Abstrak
Artikel ini membahas identitas seniman priyayi di Kemlayan, Surakarta pada masa periode post-kolonial. Keraton Kasunanan tidak mempunyai otoritas untuk mengikat abdi dalem untuk melayani raja sesudah masa kemerdekaan. Raja tidak dapat menjamin keuangan pangrawit di Kemlayan. Permasalahan yang menarik untuk dikaji adalah strategi politis kultural yang digunakan komunitas seniman-priyayi di Kemlayan untuk menghadapi era yang berubah? Bagaimanakah identitas mereka setelah kelas sosial dihapus?
Dengan keahlian dalam seni, priyayi-seniman di Kemlayan bergabung dengan lembaga kesenian milik pemerintah Indonesia untuk menjadi abdi negara. Mereka membantu Keraton Kasunanan dengan bergabung dalam acara-acara tradisional. Kemudian mereka mendapat identitas baru tanpa kehilangan identitas sebelumnya sebagai abdi dalem. Mereka juga mempertahankan atribut priyayi mereka. Strategi yang digunakan priyayi-seniman di Kemlayan membawa hasil positif. Mereka mempunyai identitas ganda dan peran fungsional sebagai seniman tetap bertahan meskipun hegemoni keraton menghilang. Orientasi kerja mereka tidak lagi melayani raja. Sekarang mereka melayani rakyat di bidang kebudayaan sesuai rencana pemerintah. Identitas mereka sebagai priyayi diakui rakyat dan pemerintah sebagai penghormatan atas sumbangsih mereka.
Kata kunci: seniman, abdi dalem, hegemoni, identitas, priyayi

Text Full : PDF

Related Posts

Leave a Reply