Anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Hasyim Muzadi mengatakan bahwa Pancasila belum didukung oleh sistem yang baik sehingga pelaksanaannya secara utuh belum tercapai. Sinyalemen ini diutarakan oleh pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, Malang, saat memberikan pidato kebangsaan bertema Satu Keindonesiaan, Merayakan Keberagaman dalam rangka Hari Lahir Pancasila di Gedung Soetardjo, kampus Tegalboto Universitas Jember (8/6).

Lanjut Kiai Hasyim, sistem pendukung yang dimaksud adalah sistem demokrasi, sistem konstitusi, sistem perundang-undangan, sistem penyelenggaraan negara dan sistem lainnya. Salah satu problema misalnya terlihat dalam sistem demokrasi kita. “Seharusnya sesuai dengan Pancasila, maka demokrasi yang ingin dibangun adalah demokrasi kerakyatan, tetapi kenyataannya saat ini demokrasi liberal yang dijalankan,” ujarnya. Kondisi ini membuat demokrasi perjuangan menjadi demokrasi perdagangan, hukum bisa berubah sesuai selera penguasa, negara dikpaling oleh pihak-pihak tertentu.

Belum adanya sistem pendukung bagi pelaksanaan Pancasila secara utuh membuat Pancasila kurang hadir secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka kemudian tidak heran jika muncul berbagai alternatif pandangan hidup (weltanschauung, way of life) yang ditawarkan oleh berbagai pihak saat ini, baik berdasarkan ajaran agama maupun non agama karena menilai Pancasila sudah tidak lagi cocok sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

Padahal menurut mantan Ketua Umum PBNU periode 1999-2010 dan 2010-2014 ini, Pancasila adalahconditio sine qua non atau syarat utama yang harus ada untuk kondisi Indonesia yang memiliki puluhan suku, bermacam agama dan budaya. “Pancasila adalah wahana bagi semua komponen bangsa yang berbeda agama, suku dan budaya untuk bersatu dan bersama-sama membangun Indonesia. Memang ada perbedaan, namun dibalik perbedaan ada kesamaan, yakni semua sama-sama ingin rasa aman, kedamaian dan kehidupan yang layak,” tambah KH. Hasyim Muzadi.

Tidak heran jika kemudian Nahdlatul Ulama melalui Rais Aam PBNU periode 1984-1991 (Alm) KH. Achmad Shiddiq, menyatakan menerima Pancasila sebagai asas bernegara dan berbangsa Indonesia. Sebagai organisasi yang lahir dan berkembang di nusantara, NU menilai Pancasila menjadi titik temu antara filsafat, agama, budaya dan kepribadian seluruh komponen bangsa Indonesia. “Yang diperjuangkan oleh NU dan juga organisasi lainnya yang sepaham adalah,  mentransformasikan nilai-nilai Islam ke dalam Pancasila, bukan transformasi teks,” lanjut kiai Hasyim.

Kegiatan pidato kebangsaan kali ini adalah salah satu kegiatan dari rangkaian Bulan Pancasila yang digelar secara rutin pada setiap bulan Juni oleh Universitas Jember. Kegiatan lain yang telah dilaksanakan antara lain penerbitan buku referensi Pancasila, lomba penulisan esai dan debat Pancasila untuk tingkat SMA, bhakti sosial, doa bersama dan pengusulan KH. Achmad Shiddiq sebagai pahlawan nasional. Acara ini dihadiri oleh Rektor Universitas Jember, Mohammad Hasan beserta jajaran pimpinan berikut mahasiswa Universitas Jember. hadirin lain yang hadir adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jember dan sekitarnya serta masyarakat umum. (iim)